Program rehabilitative kerja merupakan salah satu upaya penting yang dilakukan
perusahaan untuk membantu karyawan yang mengalami kondisi kesehatan yang menganggu
produktivitas kerja agar dapat kembali bekerja secara optimal. Namun, di PT. KALPRI terjadi
peningkatan jumlah karyawan yang menjalani program rehabilitasi kerja disertai dengan
rendahnya tingkat keberhasilan dalam mengembalikan karyawan ke posisi semula setelah
menjalani program tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan
instrument kusioner kepada 71 responden dan melakukan wawancara mendalam 5 anggota
komite rehabilitasi di PT. KALPRI. Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang mempengaruhi peningkatan jumlah karyawan yang
direhabilitasi dan rendahnya tingkat keberhasilan program.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang menyebabkan
peningkatan jumlah karyawan yang direhabilitasi adalah kebiasaan dan gaya hidup karyawan
yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, olahraga dan istirahat yang tidak teratur, sehingga
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti kardiovaskular, muskuloskeletal, dan obesitas.
Secara eksternal, pandemi COVID-19 juga berkontribusi meningkatkan jumlah karyawan yang
direhabilitasi akibat pembatasan aktivitas yang berdampak pada kesehatan karyawan.
Sementara itu, faktor-faktor internal yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan
program rehabilitasi adalah kebiasaan dan gaya hidup karyawan yang memperlambat proses
penyembuhan, sehingga beberapa karyawan harus menjalani program "long sick" yang
memperpanjang masa rehabilitasi. Secara eksternal, pembatasan aktivitas akibat pandemi
COVID-19 juga berkontribusi besar terhadap rendahnya serapan kembali kerja karyawan
setelah menjalani program rehabilitasi.
Temuan penelitian ini menunjukkan perlunya peningkatan intervensi dan edukasi
kesehatan yang lebih intensif untuk mengubah kebiasaan dan gaya hidup karyawan, serta
perlunya koordinasi yang lebih kuat antara tim rehabilitasi dan manajemen dalam mengelola
program rehabilitasi kerja, terutama di masa pandemi. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat
membantu meningkatkan keberhasilan program rehabilitasi kerja di PT. KALPRI.