digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Lerian Nisa
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani

Pada akhir masa penambangan, tambang batubara terbuka seringkali meninggalkan bukaan (void) yang pada akhirnya akan terisi air dan membentuk Danau Pasca Tambang (pit lake). Kualitas air yang terbentuk akan sangat dipengaruhi oleh kualitas air lindian tiap litologi batuan dinding pit. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu metode prediksi kualitas air danau pasca tambang untuk keperluan pengelolaan danau pasca tambang sesuai kriteria keberhasilan yang direncanakan. Dengan prediksi yang baik, harapannya langkah-langkah mitigasi dapat dilakukan sejak dini sehingga kualitas air danau pasca tambang sesuai kriteria keberhasilan untuk menunjang peruntukan lahan berikutnya dapat dicapai. Empat sampel batuan yang digunakan dalam penelitian diambil dari pit X pada salah satu perusahaan pertambangan batubara yang berada di wilayah Kalimantan Timur, 2 batuan diantaranya termasuk kategori Potentially Acid Forming (PAF) dan 2 batuan lainnya termasuk kategori Non Acid Forming (NAF). Empat sampel tersebut mewakili jumlah lapisan yang ada pada void. Penelitian ini dilakukan dengan memodelkan pencampuran kedalam dua skenario, yaitu skenario pengisian dengan air hujan (Skenario A) dan skenario pengisian dengan air hujan dan Sungai (Skenario B). Untuk mengetahui tren perubahan kualitas, maka masing-masing skenario akan dibagi kedalam 4 stages. Model skenario yang telah dirancang tersebut akan dijadikan acuan simulasi pencampuran. Kualitas air lindian dari uji kinetik masing-masing sampel diinput sebagai solution pada perangkat lunak PHREEQC dengan fraksi pencampuran volume. Basis perhitungan proporsi volume pencampuran yaitu berdasarkan durasi pengisian dari data sekunder. Hasil prediksi kualitas air pit lake menunjukan karakter sifat kimia fisik air pada akhir skenario B lebih baik daripada skenario A, dimana pada akhir skenario B nilai pH adalah 6,07 sedangkan skenario A adalah 3,09. Nilai Fe dan Mn terlarut pada Skenario A adalah 11,79 mg/L dan 1,31 mg/L dan pada skenario B Nilai Fe dan Mn adalah 0,94 mg/L dan 0,14 mg/L. Kandungan logam terlarut pada skenario A memiliki kecenderungan meningkat dibandingkan dengan skenario B yang lebih terkontrol rendah. Perbedaan yang terjadi ini dikarenakan proporsi volume air sungai yang besar dengan kualitas baik pada skenario B mempengaruhi dan mendominasi reaksi netralisasi, sehingga mampu memperbaiki kualitas air yang lebih terkontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa pengisian void tambang menggunakan air sungai dapat mempercepat proses perbaikan air dan menghasilkan kualitas air yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan air hujan saja.