digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Edwin Gusnaidi Ginting
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Edwin Gusnaidi Ginting
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Swabakar batubara (spontanous combustion) adalah proses pemanasan perlahan dan oksidasi batubara yang dapat terjadi secara spontan tanpa adanya sumber panas eksternal. Fenomena ini biasanya terjadi pada saat batubara disimpan di storage/stockpile dalam jangka waktu yang lama,pada proses pengangkutan batubara, serta pada penyimpanan PLTU. Penelitian ini berfokus untuk mempelajari potensi swabakar batubara di site Asam-Asam PT Arutmin Indonesia serta melihat pengaruh intrinsik batubara terhadap potensi swabakabar. Ukuran partikel batubara yang digunakan pada penelitian ini adalah -60 +80 mesh. Dalam penelitian ini digunakan metode pemanasan adiabatik yang dicetuskan oleh Beamish (2000) dengan mengacu pada SNI 9239:2023, yaitu batubara dipanaskan terlebih dahulu selama 16 jam menggunakan Nitrogen dengan debit 0,1 L/menit pada suhu 110 ºC, kemudian dilanjutkan dengan pembakaran batubara menggunakan Oksigen dengan debit 0,05 L/menit dengan suhu awal pembakaran 40 ºC. Hasil pengujian menunjukkan bahwa batubara site Asam-Asam tergolong dalam peringkat Subbituminous B Coal dengan nilai R70 sebesar 8,82 °C/jam, yang termasuk dalam kelas VI (ultra tinggi) berdasarkan indeks R70 Queensland dan kelas V (sangat tinggi) berdasarkan indeks R70 New South Wales. Potensi swabakar batubara dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik seperti kandungan moisture, ash, volatile matter, dan fixed carbon. Peningkatan kandungan moisture hingga 25% meningkatkan nilai R70, sementara kandungan ash yang lebih tinggi cenderung menurunkan nilai R70. Kadar volatile matter yang tinggi juga mempengaruhi proses swabakar, sementara fixed carbon memiliki korelasi yang lemah terhadap nilai R70.