digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

(AAT). Pada tambang terbuka, lubang bukaan tambang sering menciptakan sebuah danau (pit lake) yang airnya bersifat asam karena AAT. Salah satu pengolahan secara in situ yang dapat diterapkan adalah dengan menebarkan bahan penetral berupa material alkalin pada seluruh permukaan air. Salah satu bahan penetral yang dapat digunakan adalah fly ash (FA). Meskipun tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3, FA harus tetap dikelola agar tidak menghasilkan dampak yang buruk. Mengingat banyaknya tambang terbuka yang ada di Indonesia, serta luasnya danau yang terbentuk dari pasca penambangan, pemanfaatan FA perlu dioptimalkan. Salah satu masalah dalam pemanfaatan ini adalah karakteristik pengendapannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium agar dapat lebih memahami secara terperinci mengenai mekanisme pengolahan tersebut. Pengamatan pengendapan FA dalam AAT menggunakan tabung akrilik berdiameter 11,2 cm dengan variasi volume air, yaitu 5, 10, dan 15 liter. Pengujian menggunakan rasio padatan dan air yang seragam, yaitu 1:5. FA dibiarkan mengendap selama 24 jam, setelah itu dilakukan analisis distribusi ukuran butir, mineralogi, dan unsur, serta uji statik. Karakteristik akhir dari FA dibandingkan dengan karakteristik awalnya. Air pasca penetralan diuji menggunakan IC dan ICPMS, kemudian dianalisis menggunakan software PHREEQC. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbaikan kualitas AAT. pH air pasca penetralan adalah 6,24 pada Tabung 1, 6,81 pada Tabung 2, dan 7,65 pada Tabung 3. Konsentrasi logam Fe dan Al mengalami penurunan hampir 100%, sementara untuk Mn antara 19,88 – 40,06%. Perbaikan kualitas AAT ini berbanding lurus dengan lamanya waktu kontak antara FA dan AAT. Pada partikel FA yang berukuran lebih kecil, permukaannya yang kontak dengan AAT menjadi lebih luas dan waktu pengendapannya akan lebih lama. Hal ini yang menyebabkan efektifitas penetralan AAT jadi lebih baik. Akhir pengujian menunjukkan terbentuknya stratifikasi pada endapan FA. Sorting yang terbentuk membuat endapan menjadi lebih stabil, mengurangi kemungkinan terjadinya penyebaran material.