Dismenore merupakan masalah kesehatan yang umum dialami oleh hampir seluruh wanita,
termasuk mahasiswa. Dismenore dapat mengganggu produktivitas dan aktivitas sehari-hari. Oleh
karena itu, orang yang mengalami dismenore sering kali akan melakukan berbagai intervensi untuk
menangani atau mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi berlangsung. Salah satu intervensi
yang bisa dilakukan adalah mengonsumsi obat-obatan, baik obat herbal maupun obat
konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi mahasiswa di Kota Bandung
dalam memilih obat untuk menangani dismenore dan mengetahui kesediaan membayar
(willingness to pay) untuk obat herbal dan obat konvensional. Penelitian dilakukan menggunakan
metode survei dengan pendekatan cross-sectional melalui pengumpulan data berdasarkan
kuesioner yang dilakukan secara daring pada bulan Juni ?Juli 2024. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 401 responden, diketahui sebanyak 45% responden memilih obat herbal dan 55%
responden memilih obat konvensional. Namun, setelah dipaparkan beberapa setting kondisi,
preferensi responden cenderung berubah pada tiap kondisi, yang artinya setting kondisi
mempengaruhi preferensi responden dalam memilih jenis obat. Faktor yang mempengaruhi
preferensi dalam memilih jenis obat meliputi jurusan (p-value = 0,000), siklus menstruasi (p-value
= 0,015), seberapa mengganggu terhadap aktivitas (p-value = 0,000), dan intensitas nyeri (p-value
= 0,000). Jumlah WTP rata-rata untuk obat herbal adalah Rp8.426,- sedangkan untuk obat
konvensional adalah Rp9.208,-. Tidak terdapat hubungan antara faktor pengetahuan, pengalaman
menstruasi, dan pengalaman ketika mengalami dismenore terhadap jumlah WTP obat herbal,
sedangkan untuk WTP obat konvensional terdapat faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor
intensitas nyeri. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah WTP obat herbal dan obat
konvensional.