Penelitian ini mengintegrasikan metode gravitasi, geokimia, dan mineralogi sebagai
suatu kombinasi yang efisien dan hemat biaya untuk prospeksi endapan emas
primer di area yang terbatas akan informasi geologi. Area Kuta Usang di Kabupaten
Dairi, Sumatera Utara merupakan target penelitian yang diduga memiliki endapan
emas primer. Hal ini terlihat dari kehadiran tambang rakyat dengan metode
gophering dan pendulangan di area hulu sungai. Oleh karena itu peta complete
bouguer anomaly (CBA) dari data gravitasi yang bersifat open access seperti
Global Gravity Model Plus (GGMPlus) diinterpretasi untuk mengindentifikasi
sumber anomali gravitasi lokal yang berelasi dengan endapan emas, seperti patahan
dan batuan intrusif. Identifikasi tersebut dilakukan mengekstraksi nilai tinggi Total
Horizontal Derivative (THD) dan Analytic Signal (AS). Selanjutnya, ekstraksi
tersebut dikombinasikan dengan penarikan garis dari batas kontras gravitasi yang
ditunjukkan oleh peta residual CBA, serta informasi geologi regional untuk
menentukan lokasi sampling rock chip dan konsentrat dulang. Peta yang telah
dihasilkan berhasil mengidentifikasi keberadaan patahan dan intrusi granit di
sejumlah titik yang dibuktikan saat kegiatan sampling pada 28 lokasi. Dari kegiatan
tersebut, dilakukan pengamatan petrografi, uji X-Ray Diffraction (XRD), dan uji XRay Fluorescence (XRF) pada sampel rock chip. Hasil dari ketiganya menunjukkan
alterasi di area ini terjadi akibat berkembangnya rekahan di dalam batuan,
kemudian terisi oleh mineral karbonat seperti dolomite dan calcite, serta mineral
alterasi lainnya seperti sericite, epidotee, dan minor chlorite. Disamping itu,
mineralisasi sulfida terjadi setelah mineral alterasi pengisi rekahan tergantikan oleh
mineral sulfida seperti pyrite, sphalerite, galena, dan minor chalcopyrite.
Pengkayaan emas dan perak dari sampel yang terkayakan oleh mineral sulfida
didukung oleh uji Atomic Absorption Spectrometry (AAS) dan kolorimetri dengan
kadar Au di atas 2 ppb dan kadar Ag di atas 3 ppm. Dari uji tersebut teridentifikasi
dua lokasi yang memiliki kadar Au di atas 3 ppm dan kadar Ag 20 ppm, pada
litologi sekis mika dan filit teroksidasi. Berdasarkan pengamatan SEM-EDS, AuAg terkayakan dalam bentuk electrum pada sekis mika tersebut setelah
menggantikan pyrite. Selain itu, timah hadir dalam mineralisasi emas ini sebagai
mineral aksesoris berupa cassiterite yang juga menggantikan pyrite. Hal tersebut
juga didukung dengan teridentifikasinya cassiterite pada sejumlah titik sampel
dulang sungai. Ditinjau dari peta hasil ekstraksi nilai tinggi AS dan THD, kedua
lokasi berkadar Au-Ag tinggi tersebut berada di tepi zona THD tinggi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa lokasi pengkayaan Au-Ag berkadar tinggi berada di luar zona
patahan utama.