ABSTRAK Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani BAB 1 Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani BAB 2 Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani BAB 3 Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani BAB 4 Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani BAB 5 Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani PUSTAKA Visensius Dhita Andriyanto
PUBLIC Resti Andriani
Dalam beberapa tahun terakhir, industri baterai untuk kendaraan listrik meningkat
signifikan karena adanya isu net zero emission (NZE). Isu NZE mendorong
Indonesia untuk melakukan pembatasan pemanfaatan sumber energi fosil pada
sektor transportasi dan melakukan transisi ke kendaraan listrik serta telah
diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk transportasi jalan. Salah satu
baterai kendaraan listrik yang paling banyak digunakan adalah baterai ion-litium
yang material katodanya kaya nikel, yaitu tipe nickel-manganese-cobalt oxide
(NMC). Baterai ion-litium tipe NMC banyak digunakan untuk mobil listrik karena
memiliki densitas energi yang tinggi dan relatif aman.
Katoda baterai NMC dalam pembuatannya memerlukan bahan baku nikel sulfat,
mangan sulfat, kobalt sulfat, dan litium karbonat atau litium hidroksida. MHP
merupakan salah satu sumber material untuk mendapatkan produk nikel sulfat dan
kobalt sulfat. Dalam proses pemurnian MHP menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat,
MHP dilindi menggunakan asam sulfat untuk menghasilkan larutan kaya hasil
pelindian (pregnant leach solution, PLS) yang mengandung nikel, kobalt, serta
logam-logam pengotor seperti Al, Zn, Mn, Mg, dan Fe. Untuk mendapatkan nikel
sulfat dengan kemurnian tinggi sebagai bahan baku katoda baterai berbahan nikel,
PLS harus dimurnikan dan metode yang paling banyak digunakan adalah dengan
proses ekstraksi pelarut (solvent extraction, SX) menggunakan ekstraktan organik
yang dapat memisahkan unsur-unsur pengotor dari Ni dan Co serta memisahkan Ni
dari Co dan unsur-unsur pengotor yang masih tersisa.
Pengotor utama MHP seperti Fe, Al, dan Zn dapat dipisahkan dari Ni menggunakan
ekstraktan di(2-ethylhexyl) phosphoric acid (D2EHPA). Selanjutnya ekstraktan
bis(2,4,4-trimethylpentyl) phosphinic acid (Cyanex 272) dapat memisahkan Ni dari
Co, Mn, dan Cu, sedangkan ekstraktan neodecanoic acid (Versatic 10) dapat
memisahkan Ni dari Mg sehingga didapat larutan nikel sulfat dengan kemurnian
tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemurnian lanjutan larutan
artifisial yang mensimulasikan larutan hasil pelindian MHP yang telah dimurnikan
dengan D2EHPA untuk mensintesis nikel sulfat dengan kemurnian tinggi.
Pada percobaan SX dengan Cyanex 272 digunakan larutan artifisial yang
menyimulasikan larutan hasil pelindian MHP setelah mengalami proses pemurnian
dari logam Fe, Al, Zn, dan Mn dengan SX menggunakan ekstraktan D2EHPA.
Setelah percobaan dengan Cyanex 272 selesai, dilanjutkan percobaan dengan
Versatic 10 untuk memurnikan larutan kaya nikel. Pada percobaan SX dengan
Versatic 10 digunakan larutan artifisial yang menyimulasikan larutan rafinat hasil
percobaan SX dengan Cyanex 272 setelah dilakukan scrubbing Ni. Diluen yang
digunakan pada percobaan SX baik dengan Cyanex 272 dan Versatic 10 adalah
kerosin. Untuk setiap percobaan ekstraksi, ditambahkan tributyl phosphate (TBP)
sebanyak 5% volume sebagai phase modifier yang mencegah pembentukan fasa
ketiga. Variabel percobaan yang dipelajari pada percobaan ekstraksi dengan
Cyanex 272 dan Versatic 10 adalah pH kesetimbangan, konsentrasi ekstraktan, dan
rasio volume larutan organik terhadap volume larutan aqueous (rasio O/A).
Variabel percobaan yang dipelajari pada percobaan scrubbing Ni dari loaded
Cyanex 272 dan scrubbing Mg dari Versatic 10 adalah pH awal dan rasio O/A.
Sementara, variabel percobaan yang dipelajari pada percobaan stripping Co dari
loaded Cyanex 272 dan stripping Ni dari loaded Versatic 10 adalah konsentrasi
asam sulfat. Stripped liquor yang diperoleh dilakukan kristalisasi untuk
mendapatkan kristal NiSO4•6H2O dengan kemurnian tinggi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa persen ekstraksi Ni, Mg, Co, Mn, dan Cu
cenderung naik seiring naiknya pH kesetimbangan, rasio O/A, dan konsentrasi
ekstraktan dengan ekstraktan Cyanex 272 maupun Versatic 10. Kondisi terbaik
ekstraksi dengan Cyanex 272 diperoleh pada pH kesetimbangan = 5, konsentrasi
ekstraktan = 30% (v/v), dan rasio O/A = 0,25 dalam 2 tahapan dengan persen
ekstraksi Ni dan Mg masing-masing sebesar 19,74% dan 58,83% serta persen
ekstraksi Co, Mn, dan Cu mendekati 100%. Seluruh Ni dapat ter-scrubbing pada
pH awal = 2 dan rasio O/A = 1 dalam 1 tahapan dengan persen scrubbing Mg dan
Co masing-masing sebesar 59,1% dan 2,03%, sementara Mn dan Cu belum terscrubbing.
Logam yang masih berada dalam fasa organik dapat dilakukan stripping
seluruhnya pada konsentrasi asam = 0,1 M dan rasio O/A = 2 dalam 1 tahapan.
Selain itu, kondisi terbaik ekstraksi dengan Versatic 10 diperoleh pada pH
kesetimbangan = 7, konsentrasi ekstraktan = 30% (v/v), dan rasio O/A = 0,5 dalam
2 tahapan dengan persen ekstraksi Ni mendekati 100%, dan Mg terko-ekstraksi
sebesar 3,61%. Seluruh Mg dapat ter-scrubbing pada pH awal = 2 dan rasio O/A =
2 dalam 1 tahapan dengan persen scrubbing Ni sebesar 0,93%. Logam Ni yang
masih berada dalam fasa organik dapat dilakukan stripping seluruhnya pada
konsentrasi asam = 1 M dan rasio O/A = 2 dalam 1 tahapan. Stripped liquor dari
keseluruhan proses kemudian dilakukan kristalisasi untuk mendapatkan kristal
nikel sulfat. Kristal yang diperoleh dilakukan digestion dan didapatkan kadar Ni
sebesar 22,15% sehingga memenuhi standar kadar Ni dalam nikel sulfat battery
grade untuk prekursor katoda baterai ion-litium tipe NMC.