Studi ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara tujuh faktor stres dari SVNBJSQ (Kuesioner Stres Kerja Singkat Versi Baru) versi Indonesia dan stres kerja pada karyawan di Jakarta Raya dan Bandung. Mengingat tingginya tingkat masalah kesehatan terkait stres seperti depresi dan kecemasan, memahami penentu stres kerja sangatlah penting. Penelitian ini mengatasi kesenjangan signifikan dalam survei nasional yang gagal mengklasifikasikan tingkat stres atau mengeksplorasi faktor-faktor stres tertentu yang mempengaruhi karyawan di wilayah ini. Metodologi penelitian ini melibatkan survei terhadap 500 responden dari Jakarta Raya dan Bandung menggunakan SV-NBJSQ versi Indonesia. Data dianalisis menggunakan Pemodelan Persamaan Struktural-Partial Least Squares (SEM-PLS) untuk memvalidasi hubungan antara faktor-faktor stres dan stres kerja. Temuan mengungkapkan bahwa Gejala Depresi memiliki korelasi positif paling signifikan dengan stres kerja, diikuti oleh Reaksi Fisik, Gejala Kecemasan, dan Gejala Kelelahan. Sebaliknya, Kesesuaian dengan Tugas/Pekerjaan menunjukkan korelasi negatif, yang menunjukkan bahwa kesesuaian pekerjaan yang lebih baik mengurangi tingkat stres. Gejala Kemarahan dan Tuntutan Pekerjaan tidak menjadi prediktor signifikan dari stres kerja. Indeks Stres dihitung menggunakan Neumann Interval Scale Range, mengklasifikasikan tingkat stres dari data yang dikumpulkan. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman ilmiah tentang stres kerja dengan menyediakan model objektif untuk klasifikasi tingkat stres dan menyoroti peran dominan depresi dalam stres kerja. SV-NBJSQ versi Indonesia terbukti dapat diandalkan untuk menilai stres kerja pada karyawan Indonesia, dengan skor R² sebesar 0,866, yang mengonfirmasi validitasnya. Hasil ini menekankan pentingnya intervensi kesehatan mental yang ditargetkan di tempat kerja. Dengan menerapkan kepemimpinan yang mendukung kesehatan dan langkah-langkah pendukung lainnya, organisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan.