digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Venny Hearttiana
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Sumber daya laut menjadi salah satu penopang dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur (NTT) utamanya bagi masyarakat yang tinggal di pesisir. Selain kegiatan perikanan, menjadi salah satu destinasi wisata super premium dan eksklusif membuat sektor pariwisata masyarakat Labuan Bajo menjadi salah satu sumber mata pencaharian. Akan tetapi masih sering terjadi kecelakaan kapal wisata yang disebabkan cuaca buruk, salah satunya adalah yang disebabkan oleh arus laut. Sehingga diperlukan kajian lebih lanjut terkait karakteristik arus laut di Selat Sape. Tahap awal dilakukan dengan memanfaat data High Frequency (HF) radar yang terpasang di wilayah Selat Sape dengan menggunakan metode Empirical Mode Decomposition (EMD) dan filter sehingga diperoleh komponen yang memengaruhi arus. Berdasarkan hasil pada bulan Januari yang mewakili periode Desember, Januari, dan Februari (DJF), Maret yang mewakili periode Maret, April, dan Mei (MAM), serta Juli yang mewakili periode Juni, Juli, dan Agustus (JJA) diketahui bahwa komponen utama yang memengaruhi arus di Selat Sape adalah komponen pasang surut, terutama komponen semi diurnal. Selain itu berdasarkan data temporal di satu titik terpilih diketahui arah pergerakan arus di Selat Sape mengikuti arah pergerakan pasang (ke utara) dan surut (ke selatan). Selain itu juga dilakukan pemodelan arus laut di wilayah Selat Sape dengan menggunakan model Delft3D. Hal ini dilakukan untuk dapat menganalisis karakteristik arus di wilayah Selat Sape yang tidak dapat dijangkau dan diperoleh dari data HF radar. Data masukan dalam pemodelan penelitian ini adalah angin, tekanan udara, serta pasang surut untuk disimulasikan menjadi dua skenario (pasang surut serta penambahan angin) pada periode November 2018 hingga Oktober 2019. Data pasang surut diperoleh dari data TPXO dan data batimetri yang digunakan adalah data yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan resolusi spasial 180 × 180 meter. Data angin dan tekanan udara diperoleh dari European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) ERA5 dengan resolusi spasial 0,25? × 0,25? dan resolusi temporal 1 jam. Perbandingan kecepatan arus hasil simulasi model menunjukkan pola spasial dan temporal pada titik pengamatan menunjukkan kesesuaian antara simulasi model dengan HF radar dengan Root Mean Square Error (RMSE) 0,49 m/s. Analisis arus dilakukan pada saat pasang surut purnama yang menunjukkan pada periode DJF saat menuju pasang kecepatan arus pada skenario satu dan dua adalah 1,05 m/s dan 1,046 m/s dengan tinggi muka air menuju pasang purnama di bagian selatan setinggi 1,26 meter dan di utara 0,58 m. Sedangkan kecepatan arus menuju surut diketahui lebih kuat yaitu 2,3 m/s dan 2,32 m/s (skenario 1 dan 2) dengan tinggi muka air maksimum saat surut adalah 0,45 meter lebih rendah dari Mean Sea Level (MSL) dan nilai minimum tinggi muka air adalah berkurang 1,6 meter dari MSL. Pada periode MAM kecepatan arus menuju surut pada skenario satu dan dua lebih tinggi dari pada kecepatan arus menuju pasang. Nilai maksimum kecepatan arus menuju pasang hanya mencapai 2,07 m/s dan 2,1 m/s pada saat menuju pasang, sedangkan kecepatan arus saat menuju surut pada skenario satu mencapai 2,43 m/s. Hal yang sama juga terjadi dengan periode JJA, dimana kecepatan arus menuju pasang lebih rendah bila dibandingkan dengan kecepatan arus menuju surut. Kecepatan arus menuju pasang bernilai 1,19 m/s dan 1,2 m/s pada masing–masing skenario dan kecepatan arus menuju surut bernilai 2,03 dan 2,02 m/s pada tiap skenario. Pada Periode SON kecepatan arus menuju surut juga tetap lebih kuat bila dibandingkan dengan kecepatan arus saat menuju pasang, yaitu 1,38 m/s dan 1,4 m/s saat menuju pasang, serta 2,04 m/s dan 2,02 m/s saat menuju surut.