digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Juni Tika Simanjuntak
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS) merupakan fenomena atmosfer yang ditandai dengan menguatnya angin utara dari Laut Cina Selatan melintasi garis khatulistiwa. Salah satu pembentuk CENS adalah perpanjangan dari fenomena Cold Surge (CS) yang berasal dari atmosfer permukaan di atas Laut Cina Selatan. Propagasi CS dapat mempengaruhi kondisi struktur vertikal atmosfer wilayah yang dilaluinya. Namun, mekanisme propagasi CS menjadi CENS belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengidentifikasi propagasi CS menjadi CENS (CENS-CS) berdasarkan struktur vertikal atmosfer dan penyebab variasi propagasi CS pada kejadian CENS Januari 2021. Analisis perubahan struktur vertikal atmosfer dilakukan menggunakan data reanalisis ERA5 dan pengamatan radiosonde di Hong Kong, Ranai, Pangkalpinang, dan Jakarta. Parameter struktur vertikal atmosfer yang diamati adalah angin meridional, suhu, dan kelembapan spesifik pada lapisan 1000 hPa hingga 500 hPa. Propagasi CS pada ketiga parameter ditampilkan dalam diagram cross section berdasarkan data ERA5 dan diagram Skew T Log P berdasarkan data pengamatan radiosonde. Data ini dianalisis tiap 12 jam pada periode H-3 hingga H+1 puncak kejadian CENS. Hasil penelitian menunjukkan propagasi CS menjadi CENS dapat terlihat berdasarkan perubahan struktur vertikal atmosfer dari utara Laut Cina Selatan hingga Jawa bagian barat. Pada propagasi CS ditandai dengan adanya propagasi pusat anomali negatif ke selatan pada ketiga parameter yang dimulai dari wilayah Hong Kong pada H-2 dan mencapai wilayah Jakarta pada H+1 puncak kejadian CENS. Karakteristik struktur vertikal atmosfer ini juga terlihat pada empat titik lokasi pengamatan radiosonde yaitu mulai pada H-2 di Hong Kong, pada H-1 di Ranai, pada H-0 di Pangkalpinang dan sampai di Jakarta pada H+1 puncak kejadian CENS. Penguatan angin meridional, penurunan suhu dan penurunan kelembapan relatif ini signifikan terjadi pada lapisan atas atmosfer yaitu lapisan 850 hPa hingga 700 hPa di wilayah Hong Kong. Namun, di wilayah Ranai, Pangkalpinang, dan Jakarta perubahan signifikan ini terjadi pada lapisan bawah atmosfer yaitu lapisan 925 hPa hingga 850 hPa. Propagasi CS hingga menjadi CENS yang diamati menggunakan data ERA5 dan data pengamatan radiosonde secara umum menunjukkan hasil yang konsisten. Namun, terdapat perbedaan pada parameter kelembapan spesifik pada lapisan bawah atmosfer yaitu lapisan 1000 hPa hingga 925 hPa. Pada kejadian CENS Januari 2021 menunjukkan adanya variasi durasi dan intensitas propagasi CS. Pada kejadian CENS-CS 1 propagasi CS dari utara menuju selatan terlihat jelas yang dipengaruhi oleh pusat tekanan tinggi di wilayah lintang utara. Adanya gradien meridional anomali tekanan yang kuat menyebabkan penguatan angin utara dan penurunan suhu yang lebih besar pada kejadian CENSCS 1. Namun, pada kejadian CENS-CS 2 propagasi CS dari utara menuju selatan tidak terlihat jelas dibandingkan kejadian CENS-CS 1. Hal ini disebabkan oleh pusat tekanan tinggi di wilayah lintang utara yang lebih lemah dibandingkan pada kejadian CENS-CS 1. Penguatan angin utara pada kejadian CENS-CS 2 juga dipengaruhi oleh adanya tekanan rendah di tenggara Samudra Hindia yang menguat hingga puncak kejadian CENS dan didukung oleh fenomena MJO fase 6 yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Hal ini menyebabkan adanya penguatan angin meridional dan penurunan suhu yang lebih rendah, namun berlangsung pada waktu yang lebih lama pada kejadian CENS-CS 2.