Saat ini, potensi penggunaan peptida bioaktif banyak dieksplorasi untuk
diaplikasikan di berbagai bidang, termasuk di bidang farmasi. Salah satu strategi
penemuan peptida bioaktif adalah pemecahan dari protein utuh yang memberikan
efek terapi. Albumin dilaporkan mampu menekan aktivitas angiotensin-converting
enzyme (ACE) pada renin-angiotensin system (RAS) dalam meregulasi tekanan
darah. ACE inhibitor (ACEI) merupakan salah satu kelompok obat yang digunakan
sebagai lini utama pengobatan hipertensi. Namun, penggunaan obat kimia dari
kelompok ACEI dilaporkan menimbulkan efek samping.
Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan konsumsi kaya albumin yang
banyak digunakan sebagai obat tradisional. Albumin merupakan protein terbanyak
yang ditemukan pada C. striata dan dilaporkan memiliki aktivitas sebagai ACEI
alami. Peptida hasil pemecahan albumin C. striata dihipotesiskan memiliki
aktivitas antihipertensi alami dengan profil keamanan dan khasiat yang baik serta
memberikan nilai tambah bagi pemanfaatan C. striata. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan kandidat antihipertensi alami berupa peptida melalui
pendekatan pemecahan albumin dari C. striata.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan besar. Pertama, fraksinasi peptida dari
albumin C. striata. Albumin dipisahkan dari ekstrak C. striata dengan metode Chon
Process yang dimodifikasi. Pemecahan albumin dilakukan secara enzimatis untuk
menghasilkan peptida. Selanjutnya, peptida albumin difraksinasi berdasarkan
ukuran. Tahap kedua, karakterisasi dari fraksi peptida albumin. Proses karakterisasi
dilakukan dengan menggunakan metode KLT dan LCMS. Ketiga, uji bioaktivitas
fraksi peptida albumin sebagai ACEI. Penapisan aktivitas ACEI dilakukan dengan
mengevaluasi persen penghambatan ACE untuk mendapatkan fraksi peptida
albumin yang paling potensial. Selanjutnya, konfirmasi aktivitas fraksi peptida
dilakukan di lini sel HDF dan sel kardiomiosit primer tikus dengan mengevaluasi
produksi Ang-II, EDN1, dan NO menggunakan kit ELISA dan activity assay.
Fraksinasi protein dari ekstrak C. striata menghasilkan 5 fraksi protein yang disebut
sebagai Fraksi-1 hingga Fraksi-5. Albumin C. striata akan terkonsentrasi pada
Fraksi-5. Ekstrak C. striata yang digunakan sebagai bahan baku disebut sebagai
Fraksi Parental. Hasil fraksinasi protein menghasilkan Fraksi-5 dengan berat kering
3,8 ± 2,1 %. Evaluasi UVmax menunjukkan serapan maksimum dari Fraksi-5 adalah
280-290 nm. Hasil ini mengindikasikan protein dalam Fraksi-5 memiliki kemurnian
yang baik. Hasil trisin-SDS PAGE dari Fraksi-5 menunjukkan adanya dua pita
protein berukuran ± 10 dan 13 kDa. Dua protein tersebut diperkirakan adalah
albumin C. striata. Selanjutnya, Fraksi-5 dipecah menggunakan alkalase dan
pepsin. Fraksi peptida yang didapat kemudian diultrafiltrasi untuk menghasilkan
fraksi peptida berukuran > 10 kDa, 3-10 kDa dan < 3 kDa.
Kajian bioaktivitas menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas
ACEI seiring proses fraksinasi, dimana Fraksi-5 menunjukkan penghambatan
sebesar 22,99 ± 4,36 %. Proses penapisan aktivitas ACEI dari fraksi-fraksi peptida
yang dihasilkan dari Fraksi-5 menunjukkan aktivitas terbesar ditemukan pada fraksi
peptida < 3 kDa dari pemecahan enzimatis menggunakan alkalase (FPA), yaitu
56,65 ± 2,32 %. Aktivitas tersebut berbeda signifikan secara statistik terhadap
Fraksi Parental (p<0,01) dan Fraksi-5 (p<0,05). Nilai IC50 ACEI dari FPA adalah
36,93 ?g/mL, tidak jauh berbeda dengan Kaptopril (32,66 %) yang digunakan
sebagai kontrol. Kajian dose response menunjukkan FPA dan Kaptopril memiliki
dosis optimum yang sama, yaitu 72,5 ?g/mL. Hasil penapisan mengindikasikan
bahwa FPA merupakan kandidat peptida ACEI yang paling baik untuk dilanjutkan
ke tahap penelitian selanjutnya.
Karakterisasi FPA dengan teknik KLT menunjukkan setidaknya ada 4 peptida
utama yang terdeteksi dengan nilai Rf 0,34; 0,43; 0,54; dan 0,64. Selain itu, hasil
LCMS juga menunjukkan 4 peptida utama dengan nilai m/z 460,27; 500,96;
530,31; dan 644,05. Meskipun menunjukan jumlah peptida yang sama, peptida
yang ditemukan pada KLT dan LCMS tidak dapat dikorelasikan secara langsung
karena menggunakan fase gerak dan diam yang berbeda. Berdasarkan hasil ini
dapat disimpulkan bahwa fraksi yang mengandung keempat peptida tersebut
terlibat dalam aktivitas ACEI dari FPA.
Pengujian aktivitas ACEI lebih lanjut di lini sel HDF dan sel kardiomiosit primer
tikus menunjukkan bahwa FPA memodulasi RAS secara dose-dependent melalui
penekanan Ang-II (hingga 25,68 %, p<0,05) dan peningkatkan NO (hingga 79,66
%, p<0,01). Hasil ini mengindikasikan potensi aktivitas FPA dalam menghambat
aktivasi RAS oleh etanol di lini sel HDF dan sel kardiomiosit primer tikus.
Meskipun hasil positif di kajian in vivo dan klinis masih diperlukan, hasil penelitian
ini memperlihatkan bukti ilmiah dari FPA sebagai salah satu kandidat antihipertensi
alami potensial untuk penanganan hipertensi dan kondisi lain yang berhubungan
dengan overaktivasi RAS.
Kajian orientasi upscaling dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi FPA
dari skala lab ke pilot. Hasil KLT menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik
peptida dari kedua skala, yaitu terdeteksinya empat peptida utama. Hasil
perbandingan uji aktivitas juga menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dari
FPA skala lab dan pilot. Selain itu, upaya pengembangan EIGH sebagai fraksi
peptida ACEI dari C. striata dengan biaya produksi yang lebih rendah juga telah
dilakukan dengan menghilangkan tahapan fraksinasi protein. Empat varian EIGH
dikembangkan berdasarkan penggunaan bahan baku dan enzim yang berbeda. Di
antara varian EIGH yang diujikan, EIGH1 menunjukkan aktivitas ACEI terbesar,
yaitu sebesar 31,71 ± 3,08 %. Selanjutnya, ultrafiltrasi EIGH1 akan dilakukan untuk
mendapatkan fraksi peptida berukuran < 3 kDa. Fraksi ini diperkirakan memiliki
aktivitas ACEI yang lebih baik untuk selanjutnya dikembangkan sebagai pengganti
FPA.