digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Jati Irawan
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Pembangunan infrastruktur merupakan elemen kunci dalam pengembangan ekonomi suatu negara, termasuk di Indonesia. Dalam dekade terakhir, pembangunan infrastruktur di Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan, terutama dalam proyek pembangunan jalan tol dan bendungan. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), berkomitmen untuk terus mengembangkan infrastruktur guna mencapai visi "Indonesia Emas" pada tahun 2045. Meskipun demikian, banyak proyek infrastruktur mengalami keterlambatan dalam pelaksanaannya, yang dapat berdampak negatif pada biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek jalan tol dan bendungan yang dikelola oleh Divisi Sipil Umum PT. Hutama Karya (Persero). Studi kasus meliputi beberapa proyek utama seperti Jalan Tol Gempol-Pasuruan, Jalan Tol Tebing Tinggi-Indrapura, Jalan Tol Tebing Tinggi-Serbelawan, Jalan Tol IKN Karangjoang-Karingau, Bendungan Semantok, dan Bendungan Ladongi. Metode penelitian yang digunakan meliputi studi pustaka, pengumpulan data, penyebaran kuesioner kepada pemilik proyek, konsultan supervisi, dan kontraktor pelaksana, serta analisis hasil kuesioner. Melalui distribusi kuesioner kepada 36 responden yang terdiri dari pemilik proyek, konsultan supervisi, dan kontraktor, ditemukan bahwa masalah lahan belum bebas, penjadwalan dan perencanaan yang tidak tepat, kurangnya sumber daya, dan situasi tak terduga merupakan faktor dominan yang menyebabkan keterlambatan. Analisis lebih lanjut didapatkan bahwa dari 16 penyebab keterlambatan yang terkait lahan/tanah, terdapat 5 dari aspek non-teknis dan 13 dari aspek teknis, dengan dua penyebab yang saling berkaitan, yaitu jenis dan item pekerjaan pada kontrak tidak lengkap dan situasi tak terduga. Rata-rata nilai risiko menunjukkan bahwa faktor keterlambatan yang berkaitan dengan lahan/tanah memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan faktor lainnya. Untuk proyek jalan tol, nilai risiko aspek teknis adalah 10,75 dan aspek non-teknis adalah 12,33, sementara untuk proyek bendungan nilai risiko kedua aspek tersebut identik yaitu 13,40. Temuan ini menekankan pentingnya manajemen risiko lahan/tanah dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proyek infrastruktur di Divisi Sipil Umum PT. Hutama Karya (Persero). Dengan penelitian ini, diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan proyek di masa mendatang, memberikan kontribusi pada peningkatan pengetahuan bagi para insinyur teknik sipil, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan PT. Hutama Karya (Persero).