Stroberi tergolong dalam buah yang mudah mengalami kerusakan. Pada proses
pematangan, nilai firmness akan mengalami penurunan sehingga terjadi peningkatan
resiko penempelan mikroba pada permukaan kulit stroberi. Penerapan coating
nanopartikel berbasis chitosan dan sodium trypoliphospate (TPP) merupakan upaya
untuk meningkatkan ketahanan stroberi. Namun, penggunaan konsentrasi chitosan dan
TPP sebagai komponen nanopartikel yang terlalu tinggi dapat menyebabkan aglomerasi
sehingga perlu ditentukan formulasi yang tepat. Biosurfaktan anionik dapat menjadi salah
satu bahan aditif dalam pembuatan coating untuk meningkatkan sifat antimikroba,
stabilitas, dan homogenitas larutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi
konsentrasi chitosan, biosurfaktan, dan TPP dalam pembuatan nanopartikel edible
coating. Pada penelitian ini, tahapan awal yang dilakukan adalah karakterisasi
biosurfaktan. Karakterisasi biosurfaktan terdiri dari analisis tingkat toksisitas, karakter
ionik, kemampuan antifungi, dan LC-MS. Kemudian, dilakukan optimasi konsentrasi
komponen penyusun nanopartikel edible coating menggunakan metode Response Surface
Methodology (RSM) dengan respon berupa jumlah sel mikroba. Hasil optimasi
nanopartikel akan diuji dengan pengukuran nilai homogenitas, ukuran nanopartikel, FTIR,
dan zeta potensial. Hasil uji in-vivo stroberi dianalisis selama 14 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa biosurfaktan tergolong dalam glikolipid anionik yang memiliki
kemiripan struktur gugus kimia dengan xylolipid. Biosurfaktan tergolong tidak toksik
denan nilai LC50 sebesar 4,2 x 1010 mg/L. Berdasarkan hasil uji antifungi, biosurfaktan
dengan konsentrasi <3000 mg/L tidak mampu menghambat pertumbuhan A. niger dan R.
stolonifer. Nilai optimasi formulasi coating nanopartikel yang didapatkan dari hasil
permodelan RSM terdiri dari konsentrasi biosurfaktan sebesar 484 mg/L, chitosan sebesar
0,49% (v/v), dan TPP sebesar 0,42% (v/v). Hasil validasi eksperimen pada variabel
respon menunjukkan nilai jumlah sel bakteri sebesar log 5,397 CFU/mL. Sedangkan,
jumlah sel jamur sebesar log 4,60 CFU/mL. Nilai jumlah sel bakteri berada di luar rentang
kepercayaan 95% PI. Analisis lanjutan hasil uji in vivo ditinjau dari susut bobot dan
tingkat keberterimaan stroberi yang mengacu pada Association of Official Analytical
Chemists (AOAC), Standar Nasional Indonesia (SNI) 8026-2014, Commision
Implementing Regulation, dan Peraturan Menteri Pertanian Tentang Keamanan dan Mutu
Pangan Segar asal Tumbuhan (Permentan) nomor 53 tahun 2018. Berdasarkan data hasil
uji in-vivo, didapatkan stroberi yang dilapisi dengan larutan nanopartikel edible coating
hasil optimasi memiliki penurunan susut bobot paling rendah dan umur masa simpan
paling lama, yaitu 12 hari pada suhu 4°C jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya
memiliki umur simpan 6 hari pada suhu yang sama. Larutan nanopartikel edible coating
mampu meningkatkan masa simpan stroberi selama 6 hari. Pada hasil analisis
nanopartikel dengan penambahan biosurfaktan, didapatkan ukuran nanopartikel sebesar 260 nm dengan nilai homogenitas 0,43. Nilai stabilitas yang dihasilkan juga cukup baik,
yaitu +19.75 mV. Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan larutan
nanopartikel edible coating tanpa biosurfaktan yang berukuran 864 nm dengan nilai
homogenitas 0,47 dan stabilitas sebesar +5,53 mV. Hasil FT-IR menunjukkan adanya
interaksi antara ketiga komponen yang ditandai dengan keberadaan biosurfaktan,
chitosan, dan TPP. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan biosurfaktan
yang ditambahkan chitosan memiliki potensi untuk diaplikasikan sebagai nanopartikel
edible coating yang dapat meningkatkan shelf-life stroberi selama 6 hari.