Indonesia memiliki posisi strategis untuk industry nikel baik hulu hingga hilir karena memiliki sumberdaya nikel terbesar di dunia, setara 21 juta ton (22% dari cadangan di dunia). Kegiatan ekstraksi endapan laterit berpotensi menyebabkan perubahan rona lingkungan. Kondisi lingkungan sebagai akibat dari aktivitas pertambangan dapat menyebabkan dampak negatif terutama potensi erosi. Analisa prediksi erosi diperlukan dengan menggunakan metode RUSLE dengan memasukkan berbagai faktor yang berpengaruh, diantaranya disebabkan oleh faktor erosivitas tanah (R), erodibilitas tanah (K), kemiringan lereng (LS), tutupan lahan (C), dan konservasi tanah (P). Berdasarkan analisis spasial dengan menggunakan ArcGIS, diperoleh rentang nilai erosi 0 hingga 401.985 ton per tahun. Akibatnya terdapat potensi pencemaran kandungan logam kromium berada pada rentang 795,7 kilogram/tahun atau sekitar 2,18 kilogram/hari hingga 40.198,5 kilogram/tahun atau 110,13 kilogram/hari. Area yang diprediksi mengalami erosi justru tidak berada di area pertambangan namun di area yang memiliki kemiringan lereng yang cukup ekstrim. Kegiatan reklamasi, revegetasi, maupun geoteknik & hidrologi dapat menjadi solusi untuk menjaga kestabilan lereng.