Taiwan telah secara aktif mempromosikan Industri 4.0 untuk meningkatkan daya
saing industri secara global, menjadikan standar dalam penerapannya. Adopsi
Industri 4.0 diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan, produktivitas,
dan kustomisasi produk. Sejalan dengan itu, Indonesia telah mengembangkan
rencana strategis yang diberi nama "Making Indonesia 4.0," dimana industri
makanan dan minuman diidentifikasi sebagai sektor prioritas karena dampak dan
kelayakannya yang signifikan. Namun, industri makanan dan minuman didominasi
oleh industri kecil dan menengah yang menghadapi tantangan besar dalam
menerapkan teknologi Industri 4.0. Studi ini meneliti hubungan antar hambatan
tersebut dan mengidentifikasi hambatan-hambatan kritis dalam penerapan Industri
4.0 di industry kecil dan menengah sektor makanan dan minuman di Indonesia.
Metodologi yang digunakan dalam studi ini mengintegrasikan Metode Delphi,
Interpretive Structural Modeling (ISM), dan Matrix Impact with Cross
Multiplication Applied to Classification (MICMAC) analysis. Hambatan-hambatan
penerapan Industri 4.0 dikategorikan menggunakan kerangka Teknologi-
Organisasi-Lingkungan (TOE). Hasil studi ini menunjukkan bahwa analisis
MICMAC mendukung model yang diperoleh dari hasil ISM. Hambatan kritis yang
diidentifikasi meliputi kurangnya dukungan pemerintah, kebutuhan investasi yang
besar, kurangnya pelatihan Industri 4.0, dan minimnya upaya standarisasi, yang
semuanya diklasifikasikan dalam klaster independen berdasarkan analisis
MICMAC dan ditempatkan pada struktur hirarki yang tinggi (tingkat 6, tingkat 5,
tingkat 4) dalam model ISM.