Lamun memiliki banyak fungsi dan manfaat terutama untuk daerah pesisir, seperti
produktivitas primer, tempat pemijahan, tempat berkembang biak, sumber pangan, dan
laiinnya. Hal ini menyebabkan lamun perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan lamun
bisa dipermudah dengan adanya citra satelit yang dapat memantau lamun dalam skala
luas dan waktu singkat. Salah satu citra satelit yang bisa digunakan adalah citra satelit
Sentinel-2A dengan resolusi spasial 10 meter. Penelitian ini akan meninjau perubahan
luasan lamun dari tahun 2020-2023, serta perubahan saat musim barat dan timur
dengan data tahun 2019. Pemetaan lamun dengan citra satelit bisa dipermudah dengan
metode Depth Invariant Index yang mana metode ini adalah metode untuk mengurangi
efek kolom air sehingga objek akan teridentifikasi dengan baik dan benar walaupun
berada di bawah permukaan air. Berdasarkan penelitian, luasan lamun di pesisir
Gunung Kijang cenderung berubah-ubah dengan trend yang menurun yang memiliki
arti bahwa luasan lamun akan semakin turun di kemudian tahun. Luasan lamun di
pesisir Kecamatan Gunung Kijang dari tahun 2020 ke 2023 mengalami degradasi
dengan total sebesar 262,26 ha dengan degradasi tiap tahunnya sebesar 87,42 ha/tahun
dengan persentase sebesar 13,02%. Penurunan luasan lamun di pesisir Gunung Kijang
cenderung diakibatkan oleh penurunan nilai parameter oseanografi salinitas yang
menyebabkan salinitas berada di luar rentang nilai baku mutu lamun. Terdapat
perubahan luasan pada musim barat dan timur, yang mana saat musim barat luas lamun
lebih kecil dari musim timur karena pada musim barat lamun tertutup pasir yang
diindikasikan dari kecepatan arus pada musim barat yang lebih besar. Selain itu,
perubahan luasan juga bisa diakibatkan oleh beberapa aktivitas manusia di sana.