ABSTRAK Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Hanifa Juliana
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Metropolitan Bandung Raya sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional telah
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan pembangunan terdorong
ke arah pinggiran kawasan perkotaan inti sehingga struktur ruang metropolitan turut
berubah. Hal ini menyebabkan fenomena ketidakcocokan spasial (spatial
mismatch) di mana wilayah tempat tinggal tidak mampu mengakomodasi kegiatan
sehari-hari sehingga penduduk harus melakukan komutasi ke wilayah lain. Di sisi
lain, perbedaan derajat dan pola pengembangan masing-masing wilayah di
Bandung Raya juga mendorong interaksi spasial antar wilayah yang sifatnya
fungsional, salah satunya dalam bentuk aliran komuter. Pergerakan komuter yang
besar berpotensi menyebabkan masalah multidimensi pada ruang wilayah, sehingga
dibutuhkan pendekatan yang komprehensif melalui intervensi struktur ruang.
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan dua tahap analisis untuk
mengidentifikasi bentuk hubungan antara struktur ruang metropolitan dengan pola
komutasi yang terjadi. Analisis tahap pertama bertujuan untuk mengidentifikasi
karakteristik struktur ruang Metropolitan Bandung Raya melalui analisis spasial
dengan mengevaluasi struktur ruang eksisting. Analisis tahap kedua bertujuan
untuk mengidentifikasi pola komutasi yang dipengaruhi oleh struktur ruang tersebut
melalui analisis spasial dan statistik deskriptif. Dari penelitian ini diketahui bahwa
struktur ruang Metropolitan Bandung Raya telah mengalami dekonsentrasi ke
wilayah pinggiran di sekitarnya, namun dominasi inti kota tetap terjadi. Struktur
ruang yang demikian menyebabkan mayoritas aliran komuter bergerak dari wilayah
kabupaten ke kota, dengan bangkitan tertinggi berasal dari Kabupaten Bandung dan
tariikan tertinggi dari Kota Bandung. Pusat kegiatan komuter terutama ada di PPK
Alun-alun yang meliputi Kecamatan Sumur Bandung, Lengkong, Regol, Astana
Anyar, Andir, dan Cicendo.