digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Ahmad Adsyah Razaq
PUBLIC Alice Diniarti

Penambangan batu bara menyebabkan terjadinya kerusakan alam terutama penurunan kualitas tanah sehingga tanah menjadi miskin unsur hara dan bahan organik. Reklamasi lahan yang terganggu akibat kegiatan pertambangan wajib dilakukan dan pemilihan komoditas haruslah tepat megingat kondisi area penanaman yang tidak ideal. Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) merupakan tanaman yang adaptif lingkungan pasca tambang dan dapat dimanfaatkan menjadi salah satu komoditas yang tidak hanya membantu kegiatan reklamasi tetapi dapat dimanfaatkan produknya sebagai nilai ekonomis. Industri perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menghasilkan dua jenis limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik adalah limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang biasa disebut tangkos/jangkos dan limbah Wet Decanter Solid (WDS) yang biasa disebut solid. Pupuk jangkos, pupuk solid dan pupuk kandang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman serai wangi agar dapat menghasilkan produksi yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi pupuk kandang, jangkos, dan solid terhadap pertumbuhan dan hasil biomassa seraiwangi. Pertumbuhan serai wangi diukur dengan variabel tinggi tanaman, panjang daun, jumlah anakan, dan lebar tajuk sedangkan hasil biomassa diukur dengan variabel berat basah daun, shoot-root ratio, kadar air daun, dan rendemen minyak serai wangi. Penelitian ini menggunakan pupuk kandang yang berasal dari limbah kotoran sapi serta pupuk jangkos dan solid terdekomposisi yang diperoleh dari area perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil kuantifikasi tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) Sitrona 2 Agribun diperoleh bahwa perlakuan komposisi pupuk kandang, jangkos, dan solid tidak berpengaruh pada variabel pertumbuhan tanaman seperti panjang daun, jumlah anakan, dan lebar tajuk serta pada hasil biomassa tanaman berupa berat basah daun, shoot-root ratio, dan kadar air daun. Perlakuan P1 merupakan perlakuan terbaik pada variabel tinggi tanaman. Pada variabel rendemen minyak, ketiga perlakuan menghasilkan nilai rendemen yang berbeda yaitu P2 (1,7 %), P3 (1,42 %), dan P1 (1,08 %).