Penambangan batu bara menyebabkan terjadinya kerusakan alam terutama
penurunan kualitas tanah sehingga tanah menjadi miskin unsur hara dan bahan
organik. Reklamasi lahan yang terganggu akibat kegiatan pertambangan wajib
dilakukan dan pemilihan komoditas haruslah tepat megingat kondisi area
penanaman yang tidak ideal. Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus)
merupakan tanaman yang adaptif lingkungan pasca tambang dan dapat
dimanfaatkan menjadi salah satu komoditas yang tidak hanya membantu kegiatan
reklamasi tetapi dapat dimanfaatkan produknya sebagai nilai ekonomis. Industri
perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menghasilkan dua jenis limbah
yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik adalah limbah Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) yang biasa disebut tangkos/jangkos dan limbah Wet Decanter
Solid (WDS) yang biasa disebut solid. Pupuk jangkos, pupuk solid dan pupuk
kandang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman serai
wangi agar dapat menghasilkan produksi yang optimal. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh kombinasi pupuk kandang, jangkos, dan solid
terhadap pertumbuhan dan hasil biomassa seraiwangi. Pertumbuhan serai wangi
diukur dengan variabel tinggi tanaman, panjang daun, jumlah anakan, dan lebar
tajuk sedangkan hasil biomassa diukur dengan variabel berat basah daun, shoot-root
ratio, kadar air daun, dan rendemen minyak serai wangi. Penelitian ini menggunakan
pupuk kandang yang berasal dari limbah kotoran sapi serta pupuk jangkos dan solid
terdekomposisi yang diperoleh dari area perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil
kuantifikasi tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) Sitrona 2 Agribun
diperoleh bahwa perlakuan komposisi pupuk kandang, jangkos, dan solid tidak
berpengaruh pada variabel pertumbuhan tanaman seperti panjang daun, jumlah
anakan, dan lebar tajuk serta pada hasil biomassa tanaman berupa berat basah daun,
shoot-root ratio, dan kadar air daun. Perlakuan P1 merupakan perlakuan terbaik pada variabel tinggi tanaman. Pada variabel rendemen minyak, ketiga perlakuan
menghasilkan nilai rendemen yang berbeda yaitu P2 (1,7 %), P3 (1,42 %), dan P1
(1,08 %).