Di Asia Tenggara dan Australia (2001–2021) memiliki tingkat bahaya kekeringan
yang bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi. Secara global diperkirakan tren
kekeringan akan terus meningkat akibat dari perubahan iklim antropogenik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari perubahan iklim
antropogenik terhadap bahaya kekeringan di Asia Tenggara dan Australia pada
masa depan berdasarkan perubahan frekuensi kekeringan serta magnitude dan
luasan bahaya kekeringan.
Penelitian ini menggunakan data curah hujan dari 11 model iklim CMIP6 periode
historis (1985–2014), near-future (2031–2060), dan far-future (2061–2090) dengan
skenario iklim SSP2-4.5 dan SSP5-8.5. Metode yang digunakan meliputi
perhitungan SPI, perhitungan frekuensi tiap kelas kekeringan SPI, penentuan bobot
dan rating, perhitungan DHI (magnitude bahaya kekeringan), perhitungan luasan
wilayah bahaya kekeringan tiap tingkatan, dan perhitungan perubahan frekuensi
kekeringan, magnitude, dan luasan bahaya kekeringan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di sebagian besar Australia dan sebagian kecil
Selatan dan Utara Asia Tenggara pada masa depan periode near-future maupun farfuture dengan skenario iklim SSP2-4.5 dan SSP5-8.5 pada kekeringan 3 maupun 6
bulanan berpotensi terjadi peningkatan frekuensi kekeringan moderate berkisar 5
hingga lebih dari 25 kali, severe 5–25 kali, dan extreme 1–25 kali serta peningkatan
magnitude bahaya kekeringan berkisar 3–15 dari magnitude historis awal yang
berkisar 7–20 sehingga tingkat bahaya kekeringan di masa depan akan menjadi
bahaya sedang hingga sangat tinggi dengan peningkatan tertinggi berada di Barat
dan Barat Daya Australia. Selain itu, di Asia Tenggara dan Australia, luasan wilayah
dengan bahaya kekeringan rendah akan berpotensi mengalami penurunan berkisar
2,4–3 juta ?, bahaya sedang penurunan 1,5–2,1 juta ? dan peningkatan 1,2–
2,3 juta ? , bahaya tinggi peningkatan 1,2–2,4 juta ? , serta bahaya sangat
tinggi penurunan 316–665 ribu ? dan peningkatan 1,9–3,8 juta ?.