2017_TA_PP_KEVIN_AGUSTINUS_LAZARUS_1-COVER.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2017_TA_PP_KEVIN_AGUSTINUS_LAZARUS_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2017_TA_PP_KEVIN_AGUSTINUS_LAZARUS_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2017_TA_PP_KEVIN_AGUSTINUS_LAZARUS_1-BAB_3pdf.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2017_TA_PP_KEVIN_AGUSTINUS_LAZARUS_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2017_TA_PP_KEVIN_AGUSTINUS_LAZARUS_1-BAB_5.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Kekeringan merupakan bencana keempat terbesar di Indonesia hingga pada tahun
2016 dan frekuensi kejadian kekeringan diprediksi akan terus meningkat akibat
adanya perubahan dan variabilitas iklim di dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui variasi tingkat bahaya kekeringan di Indonesia secara historis dan
perubahan risiko kekeringan berdasarkan bahaya dan kerentanan kekeringan.
Standarized Precipitation Index (SPI) dihitung dengan menggunakan data curah
hujan klimatologi Global Precipitation Climate Center (GPCC) bulanan selama 40
tahun (1971 – 2010) untuk memperoleh nilai indeks bahaya kekeringan/ Drought
Hazard Index (DHI) dan dipetakan menjadi peta bahaya kekeringan di wilayah
Indonesia. Analisis risiko dengan dengan membuat peta risiko didapatkan dengan
menghitung DHI dan Drought Vulnerability Index (DVI).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya variasi tingkat bahaya kekeringan
di Indonesia yang cenderung meningkat hal ini dibuktikan dengan peningkatan
variasi kejadian, frekuensi, dan luas kelas kategori bahaya kekeringan di Indonesia.
Hasil korelasi antara nilai SPI dengan indeks ONI dengan IOD positif menunjukan
hubungan yang kuat dengan dengan indeks bahaya kekeringan khususnya pada
periode tahun 1991 - 2000. Secara temporal bahaya kekeringan di Indonesia
meningkat khususnya pada kelas kategori sedang dan tinggi dan diduga
berhubungan dengan adanya peningkatan frekuensi kejadian ENSO dan IOD lalu
secara spasial wilayah yang mengalami peningkatan bahaya kekeringan paling
tinggi adalah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan baik di skala kekeringan jangka
pendek maupun jangka panjang. Perubahan risiko kekeringan di Indonesia secara
temporal cenderung meningkat khususnya pada kelas kategori tinggi lalu secara
spasial wilayah yang cenderung mengalami peningkatan risiko paling tinggi ada
pada wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.