digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian jagung monokultur menjadi salah satu penyebab berkurangnya simpanan karbon, sebaliknya penanaman lahan hutan melalui agroforestri jagung berpotensi untuk meningkatkan simpanan karbon. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur dan membandingkan nilai biomassa serta simpanan karbon beberapa galur tanaman jagung yang ditanam pola agroforestri dengan jagung yang ditanam pola monokultur. Penelitian ini menggunakan desain rancangan percobaan acak berblok dengan dua blok percobaan dan masing-masing diulang tiga kali ulangan. Pengambilan sampel jagung dilakukan secara purposive sampling yaitu dengan cara mengambil sampel enam galur terbaik berdasarkan parameter vegetatif dari 20 galur yang diuji di lapangan. Pengukuran nilai simpanan karbon jagung dilakukan dengan metode loss on ignition yang sedikit dimodifikasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa biomassa jagung berkisar antara 0,80-4,69 ton/ha pada blok agroforestri dan berkisar antara 2,09-6,54 ton/ha pada blok monokultur. Nilai biomassa tertinggi terdapat pada galur SC4 di blok agroforestri, sedangkan pada blok monokultur terdapat pada galur DC52. Persentase karbon tertinggi terdapat pada bagian malai. Simpanan karbon tertinggi terdapat pada bagian biji pada blok agroforestri dan batang pada blok monokultur. Total simpanan karbon jagung tertinggi pada blok agroforestri terdapat pada galur SC4 sebesar 2,48 ton/ha dan galur DC52 sebesar 3,18 ton/ha pada blok monokultur. Total simpanan karbon pohon dan jagung SC4 pada blok agroforestri yaitu 27,14 ton/ha. Nilai biomassa dan simpanan karbon jagung yang ditanam pada blok agroforestri lebih rendah dibandingkan dengan jagung blok monokultur, tetapi menjadi lebih tinggi ketika dikombinasikan dengan nilai biomasssa dan simpanan karbon pohon.