digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fokus penelitian berada pada endapan hasil pelapukan batuan ultramafik, yakni endapan nikel laterit berikut mineral ikutannya. Fokus penelitian terhadap mineral ikutan lainnya yakni untuk mengetahui keterdapatan unsur skandium (Sc). Penelitian dilakukan terhadap keempat zona utama endapan nikel laterit, yakni zona tanah penutup, zona limonit, zona saprolit dan zona batuan dasar. Adapun pembagian zona tersebut berdasarkan komposisi geokimia yakni senyawa utama MgO, SiO2 serta Fe2O3. Penelitian bertujuan untuk mengetahui zona kelimpahan utama unsur skandium dalam endapan nikel laterit, serta protolith yang menjadi vektor kelimpahan unsur skandium pada daerah penelitian. Penelitian dilakukan pada daerah Konawe Utara yang tersebar pada empat prospek utama penelitian, yakni Tapunopaka, Lalindu, Mandiodo dan Bahubulu. Pengambilan sampel tersebar pada keempat prospek ini untuk dapat diketahui pola perilaku persebaran unsur skandium yang berkorelasi dengan elemen utama, terutama pada senyawa oksida yang memiliki kelimpahan pada zona limonit, seperti Fe2O3, Al2O3 dan Cr2O3. Total 106 titik bor yang tersebar pada keempat prospek dievaluasi pada daerah penelitian. Analisis batuan dasar dilakukan pada batuan dasar dengan mengklasifikasikan tipe batuan yang menghasilkan endapan nikel laterit serta keterdapatan unsur skandium berdasarkan hasil evaluasi XRF (X-Ray Flouresence), XRD (X-Ray Diffraction) dan ICP-MS (Inductively coupled plasma mass spectrometry). Dari keempat prospek tersebut, dilakukan karakterisasi dan pemeringkatan prospek terhadap hasil kelimpahan skandium. Korelasi unsur skandium terhadap unsur/senyawa lainnya menggunakan metode spearman dan koefisien determinasi (R2) yang dikonfirmasi dengan hasil korelasi pearson untuk memvalidasi hubungan linear antar unsur/senyawa. Hasil penelitian menunjukan dari keempat prospek dengan tingkat jumlah data yang berbeda, Prospek Tapunopaka menggunakan 81 data titik bor, Prospek Mandiodo menggunakan 3 data titik bor, Prospek Lasolo – Lalindu menggunakan 15 data titik bor dan Prospek Bahubulu menggunakan 7 data titik bor. Pola perilaku kelimpahan unsur skandium memiliki kesamaan yakni kelimpahan unsur skandium tertinggi berada pada zona limonit dengan nilai rentang (50 – 100 ppm) dan mengalami penurunan kelimpahan (<50 ppm) pada zona saprolit dan zona batuan dasar. Ditinjau dari pola hubungan unsur skandium terhadap 7 unsur/senyawa lainnya (Ni, Co, Fe2O3, SiO2, MgO, Al2O3, Cr2O3), unsur skandium memiliki korelasi positif sedang – kuat terhadap senyawa Fe2O3 dan Al2O3. dan berkorelasi positif lemah pada senyawa Cr2O3. Berdasarkan hasil nilai koefisien determinasi (R2) unsur Sc terhadap senyawa Fe2O3, Al2O3 dan Cr2O3 pola hubungan memiliki derajat hubungan yang serupa, yakni korelasi sedang – kuat pada unsur Fe2O3, Al2O3 dan korelasi lemah pada senyawa Cr2O3. Analisis batuan dasar dilakukan untuk penghubungkan protolith atau batuan dasar terhadap kelimpahan unsur skandium. Dominasi batuan dasar grup peridotit yang tersusun atas lherzolite dan harzburgit tersebar hampir pada keempat prospek penelitian, unsur skandium pada endapan laterit yang berasal dari batuan dasar harzburgite memiliki nilai rata-rata unsur skandium lebih tinggi dibandingkan protolit atau batuan dasar lherzolite. Nilai rata-rata unsur skandium keempat prospek pada laterit yang berasal dari batuan dasar harzburgit, yakni 74,42 ppm – 103,17 ppm sementara unsur skandium keempat prospek pada endapan laterit yang berasal dari batuan dasar lherzolite berada pada rentang rata-rata unsur scandium 68,79 ppm - 93,00 ppm hal ini menunjukan pada keseluruhan prospek unsur skandium dengan batuan asal berupa harzburgit memiliki hasil unsur skandium lebih tinggi daripada batuan asal berupa lherzolit. Secara karakteristik prospek, keempat prospek memiliki nilai rata – rata unsur skandium yang cukup baik (>50 ppm) dengan nilai rata-rata Sc tertinggi pada Prospek Mandiodo sejumlah 100,18 ppm, Prospek Lalindu sejumlah 86,13 ppm, Prospek Bahubulu sejumlah 81,13 ppm dan Prospek Tapunopaka sejumlah 72,75 ppm. Ditinjauh dari proses lateritisasi pada keempat prospek, dominasi mineral oksida yang hadir berupa hematit, goetit dan lithiophorite mengindikasikan keempat prospek termasuk kedalam tipe endapan oksida.