digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flip Book Dewi Supryati

Penelitian ini membahas penjadwalan mesin paralel unrelated multi-task simultaneous supervision dual resource constrained (MTSSDRC) yang mempertimbangkan minimasi tardiness dan workload balance. Tardiness didefinisikan sebagai jumlah waktu penyelesaian yang melebihi tanggal jatuh tempo. Keseimbangan beban kerja dihitung menggunakan workload smoothness index (WSI). Penelitian ini dikembangkan karena penjadwalan mesin paralel unrelated lebih merepresentasikan kondisi riil industri di dunia nyata. Formulasi permasalahan penjadwalan mesin paralel unrelated MTSSDRC untuk minimasi tardiness dan WSI adalah sebuah model mixed-integer quadratically constrained programming (MIQCP). Pencarian solusi model MIQCP untuk secara simultan meminimasi tardiness dan WSI terkenda oleh kemampuan solver yang tersedia. Oleh sebab itu dikembangkan solusi analitik dari model MIQCP dicari secara bertahap. Urutan penyelesaian permasalahan dimulai dari mixed-integer linear programming (MILP) yang digunakan untuk menyelesaikan fungsi tujuan pertama yaitu tardiness dengan adanya solusi tambahan yang dihasilkan dari fungsi tujuan kedua yaitu WSI. Selanjutnya, mixed-integer quadratic problem (MIQP) digunakan untuk menyelesaikan fungsi tujuan kedua yaitu workload smoothness index (WSI), dengan fungsi tujuan pertama sebagai batasan yang nilainya berasal dari solusi MILP. Terakhir MIQCP digunakan untuk menyelesaikan fungsi tujuan pertama yaitu tardiness yang disesuaikan dengan memberi batasan pada nilai WSI. Model ini menghasilkan nilai WSI yang kecil sesuai dengan batas WSI yang ditentukan sambil menyesuaikan total tardiness yang ditentukan. Penelitian ini mengembangkan metaheuristik algoritma NSGA-II untuk mengatasi kekurangan solver untuk mencari solusi dalam mendapatkan secara simultan minimasi tardiness dan WSI. Algoritma NSGA-II juga mampu mengatasi keterbatasan solver untuk permasalahan dengan jumlah mesin dan operator yang banyak. Pengembangan skema decoding 1, decoding 2 dan decoding 3 digunakan untuk melihat perbandingan hasil eksperimen yang dihasilkan dari masing-masing karakteristik skema decoding tersebut. Skema ini merepresentasikan hasil dari kedua fungsi tujuan tardiness dan WSI yang nantinya akan direkomendasikan kepada pembuat kebijakan penjadwalan di industri. Rasio y digunakan untuk mengelompokkan case-case yang ada berdasarkan perbandingan operator dan mesin. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan solusi yang dihasilkan ketika case-case ini dikelompokkan. iii Hasil eksperimen menunjukkan dalam case large, bahwa dua skema decoding yang direkomendasikan untuk industri dengan rasio y = 0,5 yaitu skema D2 dan D3. Kemudian pada rasio y > 0,5 menunjukkan bahwa skema D1 dan D2 dapat direkomendasikan bagi industri karena dapat menghasilkan tardiness terkecil.