Penjadwalan menjadi kegiatan penting dalam produksi yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas. Penjadwalan melibatkan pengaturan job serta alokasi sumber daya berupa mesin
dan operator secara optimal. Pengalokasian job dan sumber daya, dapat menggunakan
berbagai strategi. Salah satu strategi yang digunakan yaitu mengalokasikan lebih sedikit
operator untuk menangani beberapa mesin secara bersamaan. Strategi ini termasuk kedalam
dual resource constrained yang mana mesin dan operator menjadi dua jenis keterbatasan
sumber daya, yang dipertimbangkan secara bersamaan. Setiap operator yang bertugas, mampu
mengoperasikan banyak aktivitas pada beberapa mesin secara bersamaan. Hal ini dikenal
dengan istilah Multi-Task Simultaneous Supervision Dual Resource-Constrained Scheduling
(MTSSDRC).
Penelitian MTSSDRC dapat diaplikasikan pada mesin paralel identik, penelitian ini
mempertimbangkan tingkat keterampilan operator dengan fungsi tujuan meminimasi
makespan dan Workload Smoothness Indeks (WSI). Minimasi makespan dilakukan untuk
mencegah adanya lonjakan total waktu penyelesaian dan idle time pada mesin dan operator.
Sementara perhitungan WSI berguna untuk menyeimbangkan beban kerja operator. Penelitian
ini mengembangkan model matematis untuk masalah yang diteliti. Model matematis yang
dikembangkan, digunakan untuk menangani batasan ganda pada sumber daya yaitu batasan
dari jumlah mesin dan operator, serta adanya perbedaan tingkat keterampilan operator.
Dalam pengembangan model matematis, perangkat lunak optimasi matematika yang
digunakan adalah software Gurobi. Gurobi mampu menyelesaikan dual fungsi objektif, namun
kedua fungsi tersebut haruslah linear. Oleh karena itu, dilakukan retrukturisasi dengan
pendekatan lexicographical, hingga menjadi tiga model matematis yaitu Mixed Integer Linear
Programming (MILP), Mixed-Integer Quadratic Problem (MIQP), dan Mixed Integer
Quadratically Constrained Programming (MIQCP). Model-model ini mampu menangani
kasus dari skala kecil hingga menengah. Hasil dari Model MILP berfokus pada minimasi
makespan dengan batasan tambahan berupa menghitung nilai WSI. Model MIQP berfokus
pada keseimbangan beban kerja, sehingga fungsi objektif yang digunakan berupa Workload
Smoothness Index (WSI), dengan penambahan batasan berupa nilai makespan yang diizinkan.
Hasil yang diperoleh dari MIQP adalah nilai WSI yang sama atau lebih rendah dibandingkan
hasil dari model MILP. Selanjutnya model MIQCP, bertujuan untuk meminimasi makespan
dengan batasan nilai WSI yang diizinkan. Model MIQCP menghasilkan nilai makespan yang
disesuaikan dengan nilai WSI yang mendekati nol. Kemudian ketiga model dianalisis untuk
mengetahui pengaruh perbedaan keterampilan operator. Hasil dari analisis diperoleh yaitu
operator dengan tingkat keterampilan yang baik akan lebih sering ditugaskan untuk aktivitas
selanjutnya, dibandingkan operator lain. Selanjutnya dilakukan pengembangan algoritma
ii
metaheuristik yaitu NSGA-II. Algoritma NSGA II dikembangkan untuk menyelesaikan dua
fungsi tujuan secara bersamaan.
Algoritma yang digunakan yaitu NSGA II dikembangkan dengan mengusulkan tiga decoding
yaitu Decoding 1, Decoding 2 dan Decoding 3. Dilakukan uji coba dengan parameter yang
sama, kemudian hasil NSGA II dibandingkan dengan hasil dari model matematis. Ketiga
decoding ini juga dilakukan uji coba pada large cases, dibandingkan menggunakan empat
comparision metriks yaitu Quality Metrics, Mean Ideal Distance, Mean Run Time dan
Diversity Metrics. Tujuan dari perbandingan metriks ini untuk mengetahui kualitas solusi,
efisiensi, dan keberagaman solusi yang dihasilkan. Hasil dari perbandingan tersebut
menunjukkan bahwa skema D2 dan D3 dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada large
cases pada rasio y < 0.5 dan y = 0.5. Kedua decoding ini mampu menghasilkan solusi dengan
nilai makespan dan WSI yang lebih rendah dibandingkan D1. D2 dan D3 juga menghasilkan
solusi yang lebih dekat dengan ideal point. Begitu pula hasil comparisson metrics pada rasio
y > 0.5, skema D2 dan D3 mampu menghasilkan kualitas solusi yang baik, namun solusi-solusi
yang dihasilkan D3 cukup jauh dari ideal point.