digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK M. Apdillah Akbar
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Laut Sulawesi merupakan pintu masuk utama dari Indonesian Throughflow (ITF), dikenal dengan jalur barat. ITF yang masuk ke Laut Sulawesi sebagian besar mengalir ke selat Makassar dan lainnya kembali sebagai North Equatorial Counter Current (NECC). ITF yang membawa massa air menyebabkan adanya variabilitas parameter oseanografi di Laut Sulawesi. Laut Sulawesi secara geografis dibatasi oleh Pulau Sulawesi di sisi selatan, di utara oleh Pulau Mindanao dan Laut Sulu, di barat oleh Pulau Kalimantan, dan di timur dibatasi oleh Kepulauan Sangihe. Banyaknya interaksi arus dan topografi Laut Sulawesi yang dibatasi oleh banyak pulau dapat menyebabkan terbentuknya pusaran arus yang melingkar, dikenal dengan eddy. Eddy merupakan salah satu fenomena alam yang berpengaruh terhadap dinamika perairan. Eddy merupakan pusaran yang berbentuk arus melingkar yang terpisah dari arus utamanya, eddy skala meso merupakan eddy dengan skala spasial puluhan hingga ratusan serta skala temporal mingguan hingga bulanan. Menurut arah geraknya eddy terbagi dua, yaitu eddy siklonik (CE) di belahan bumi utara (BBU) berputar berlawanan arah jarum jam dan eddy antisiklonik (AE) berputar searah jarum jam. Pergerakan CE dan AE dapat menyebabkan terjadinya divergensi dan konvergensi di lautan. Variabilitas eddy dipengaruhi beberapa faktor utama, seperti interaksi arus, perubahan musim, dan interaksi dengan fenomena iklim global seperti El Niño Southern Oscillation (ENSO). Telah banyak studi yang meneliti tentang keberadaan eddy di Indonesia, namun hingga saat ini belum ada penelitian lebih lanjut terkait analisis variabilitas dan karakteristik eddy di Laut Sulawesi selama 30 tahun terakhir. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan analisis tentang variabilitas dan karakteristik eddy selama 30 tahun menggunakan data harian dari satelit altimetri dari tahun 1993 – 2022. Metode yang digunakan adalah metode hybrid yang menggabungkan antara metode Okubo-Weiss dan SLA kontur tertutup. Eddy dalam metode ini didefinisikan sebagai wilayah koheren yang terdeteksi dalam kontur SLA tertutup dan parameter Okubo-Weiss memiliki nilai yang negatif. Parameter Okubo-Weiss digunakan untuk melihat vortisitas dan regangan dalam eddy, sementara kontur SLA tertutup digunakan membantu mendefinisikan jangkauan spasial eddy. Karakteristik yang diteliti adalah jumlah, radius, masa hidup, dan amplitudo eddy selama 30 tahun. Eddy yang terbentuk di Laut Sulawesi didominasi oleh eddy dengan radius 80 – 90 km, masa hidup sekitar 1 – 2 minggu, dan amplitudo 2 – 3 cm dengan CE ditemukan lebih banyak daripada AE dengan total CE 455 dan total AE 365. Rata-rata selama 30 tahun untuk radius CE (AE) sebesar 87,2 km (82,8 km), masa hidup CE (AE) 18,5 hari (16,5 hari), dan amplitudo CE (AE) 3.11 cm (2.74 cm). Eddy yang terbentuk di Laut Sulawesi paling banyak ditemukan pada daerah 1200 – 1240 BT dan 20 – 40 LU. CE kategori besar (>100 km), masa hidup lama (>21 hari), dan amplitudo tinggi (>4 cm) paling banyak terjadi pada musim peralihan II, sedangkan AE paling banyak terjadi pada musim barat. CE di Laut Sulawesi dapat menyebabkan naiknya muka laut, penurunan suhu permukaan laut, dan peningkatan konsentrasi klorofil-a dan sebaliknya pada AE. Kejadian La Niña dan El Niño pada penelitian ini tidak mempengaruhi jumlah terbentuknya eddy, namun dapat mempengaruhi karakteristik eddy lainnya seperti radius, masa hidup, dan amplitudo eddy. Saat La Niña cenderung mengalami peningkatan karakteristik eddy sedangkan saat El Niño menunjukkan sebaliknya.