Di era disrupsi digital, perusahaan telah banyak berinvestasi dalam media sosial untuk
mempromosikan merek mereka dan membangun hubungan dengan customer, hal ini sesuai dengan
fokus strategis PT Nutrifood Indonesia 2024 yang memanfaatkan pengaruh yang semakin
meningkat karyawan di media sosial. Penelitian ini menggabungkan skala employee-based brand
equity (EBE) konvensional dengan data publik Instagram untuk memeriksa hubungan antara EBE
dan aktivitas media sosial karyawan. Studi ini bertujuan untuk menavigasi peran karyawan sebagai
influencer di PT Nutrifood Indonesia dengan menilai brand consistent behavior (BCB), brand
endorsement (BE), and brand allegiance (BA) melalui kuesioner dan penilaian kualitatif media
sosial.
Hasil kuantitatif dianalisis menggunakan PLS-SEM melalui perangkat lunak SmartPLS4, yang
terdiri dari model reflektif dan formatif. Model reflektif menunjukkan bahwa semua variabel
pengukuran EBE memiliki keandalan yang kuat, konsistensi internal, validitas diskriminatif dan
validitas konvergen. Hasil model formatif menunjukkan hubungan positif linear antara variabel
eksogen dan endogen. Analisis kualitatif dari 570 konten Instagram mengungkapkan bahwa skor
tertinggi adalah di BCB, image content (53%, n=303) dan skor terendah adalah di BA, link
branding (2%, n = 13). Secara keseluruhan, karyawan Nutrifood memiliki basis yang tinggi dari
perilaku merek yang konsisten di media sosial, tetapi skor yang lebih rendah pada endorsement dan
allegiance menunjukkan bahwa mereka tidak cukup secara eksplisit mendukung perusahaan atau
merek dalam kegiatan atau profil mereka. Integrasi data kuantitatif dan kualitatif diproses melalui
mixed-method sequential explanatory model dengan methodological triangulation yang menemukan
bahwa EBE telah menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi dengan aktivitas media sosial (R2 =
0,8341) dan pengalaman kerja (R 2 = 0, 8807).
Karyawan yang menunjukkan EBE tinggi dapat berpotensi menjadi influencer karyawan. Hal ini
karena EBE sejalan dengan nilai-nilai merek, sehingga karyawan dapat membangun otoritas dan
keaslian. Matriks integratif EBE diusulkan untuk memvisualisasikan solusi bisnis, membandingkan
skor EBE kualitatif dan kuantitatif. Karyawan yang skor tinggi pada kedua skor EBE adalah
employee influencer yang kuat, sementara mereka yang skor lebih rendah membutuhkan
pengembangan yang terkait dengan faktor eksogen signifikan tinggi (nilai P < 0,005), role clarity
dan brand commitment. Matriks ini dapat membantu majikan untuk mengidentifikasi, memantau,
mengendalikan, dan mengevaluasi sejauh mana aktivitas karyawan sejalan dengan brand value.
Oleh karena itu, perusahaan harus secara teratur mengidentifikasi dan mengembangkan employee
influencer yang potensial di antara karyawan mereka, karena memberdayakan frontline employee
dapat menyebabkan peningkatan kepercayaan konsumen, loyalitas, dan keberhasilan penjualan.
Penelitian ini memperkenalkan metode baru dari EBE yang dapat digunakan dan diadopsi untuk
perusahaan lain di masa depan untuk menavigasi dan memanfaatkan peran karyawan mereka
sebagai influencer di media sosial