digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Lilin
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Industri telekomunikasi di Indonesia mengalami perubahan signifikan, didorong oleh pertumbuhan pesat layanan Over-the-Top (OTT) seperti WhatsApp, Facebook Messenger, dan Telegram. Platform-platform ini secara drastis mempengaruhi perilaku konsumen, menggeser preferensi dari layanan komunikasi tradisional seperti panggilan telepon dan SMS ke metode komunikasi berbasis internet. PT Telkom Indonesia, sebagai pemain utama dalam sektor telekomunikasi Indonesia, mengalami penurunan pendapatan bisnis interkoneksi, dikarenakan pergeseran teknologi ini dan persaingan dari layanan OTT. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis komprehensif mengenai lingkungan bisnis internal dan eksternal, mempertimbangkan bagaimana perubahan regulasi, kemajuan teknologi, dan pergeseran pasar memengaruhi posisi PT Telkom Indonesia di sektor telekomunikasi Indonesia. Dengan memahami faktor-faktor ini, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan inisiatif bisnis strategi yang akan memungkinkan PT Telkom Indonesia beradaptasi dan berhasil di industri telekomunikasi yang terus berkembang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, menggabungkan data dari sumber-sumber utama dan sekunder. Berbagai metode analisis seperti analisis SWOT, matriks TOWS, analisis PESTEL, kerangka Porter’s Five Forces, dan analisis VRIO digunakan untuk memahami lingkungan persaingan, mengevaluasi sumber daya dan kemampuan internal, serta mengidentifikasi peluang dan ancaman strategis. Desain penelitian ini memberikan pandangan komprehensif tentang kondisi saat ini dan kemungkinan masa depan bisnis interkoneksi untuk PT, Telkom Indonesia. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bisnis interkoneksi PT Telkom Indonesia mengalami penurunan signifikan, dengan pendapatan dari Rp 4,76 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 1,91 triliun pada tahun 2022, mewakili penurunan sekitar 59,87%. Penurunan ini disebabkan karena meningkatnya layanan OTT yang menawarkan opsi komunikasi yang lebih murah dan fleksibel dibandingkan layanan interkoneksi tradisional. Analisis eksternal dengan menggunakan Porter’s Five Forces mengungkapkan persaingan tinggi akibat transisi teknologi yang akan datang dari interkoneksi berbasis Time Division Multiplexing (TDM) ke interkoneksi berbasis Internet Protocol (IP), serta ancaman kuat dari pengganti produk yaitu OTT. Analisis PESTEL menyoroti faktor-faktor regulasi, teknologi, dan sosial yang memengaruhi bisnis ini. Analisis internal dengan kerangka VRIO menunjukkan bahwa v meskipun PT Telkom Indonesia memiliki infrastruktur yang kuat dan basis pelanggan yang besar, perusahaan kurang inovatif dan kurang responsif terhadap perubahan pasar yang cepat. Penelitian menyimpulkan bahwa selain pertumbuhan pesat layanan OTT, regulasi juga signifikan mempengaruhi dinamika bisnis interkoneksi ini. Regulasi Nomor 5 Tahun 2021 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mewajibkan transisi dari interkoneksi berbasis Time-Division Multiplexing (TDM) ke Internet Protocol (IP). Pergeseran ini memberikan peluang dan tantangan bagi PT Telkom Indonesia. Di sisi positif, ini menetapkan standar teknis dan operasional baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan memungkinkan layanan baru. Namun, ini juga meningkatkan persaingan dari penyedia layanan telekomunikasi lain di Indonesia. Sebagai peluang, PT Telkom Indonesia dapat menjadi IP Hubber dari adanya transisi teknologi dalam regulasi tersebut. Peran ini dapat mengoptimalkan pengalihan lalu lintas interkoneksi IP, meningkatkan efisiensi pengiriman layanan interkoneksi, dan menciptakan sumber pendapatan baru dengan memposisikan perusahaan sebagai pusat lalu lintas IP interkoneksi nasional. Dengan menjadi IP Hubber, PT Telkom Indonesia dapat memanfaatkan infrastruktur dan keahlian yang dimiliki untuk mempertahankan pendapatan signifikan dari bisnis interkoneksi, khususnya dalam layanan transit yang merupakan kontributor utama pendapatan interkoneksi saat ini. Investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) sangat penting untuk tetap kompetitif, menawarkan layanan bundel, dan membentuk kemitraan dengan penyedia OTT untuk diversifikasi pendapatan. Selain itu, Telkom juga harus melaksanakan program transfer pengetahuan untuk mempertahankan keahlian dalam interkoneksi berbasis TDM dan meningkatkan keterampilan dalam teknologi berbasis IP, memastikan Telkom tetap mempertahankan keunggulan kompetitifnya di industri telekomunikasi Indonesia.