Industri telekomunikasi di Indonesia mengalami perubahan signifikan, didorong oleh
pertumbuhan pesat layanan Over-the-Top (OTT) seperti WhatsApp, Facebook Messenger,
dan Telegram. Platform-platform ini secara drastis mempengaruhi perilaku konsumen,
menggeser preferensi dari layanan komunikasi tradisional seperti panggilan telepon dan SMS
ke metode komunikasi berbasis internet. PT Telkom Indonesia, sebagai pemain utama dalam
sektor telekomunikasi Indonesia, mengalami penurunan pendapatan bisnis interkoneksi,
dikarenakan pergeseran teknologi ini dan persaingan dari layanan OTT. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan analisis komprehensif mengenai lingkungan bisnis internal dan
eksternal, mempertimbangkan bagaimana perubahan regulasi, kemajuan teknologi, dan
pergeseran pasar memengaruhi posisi PT Telkom Indonesia di sektor telekomunikasi
Indonesia. Dengan memahami faktor-faktor ini, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan
inisiatif bisnis strategi yang akan memungkinkan PT Telkom Indonesia beradaptasi dan
berhasil di industri telekomunikasi yang terus berkembang. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif, menggabungkan data dari sumber-sumber utama dan sekunder.
Berbagai metode analisis seperti analisis SWOT, matriks TOWS, analisis PESTEL, kerangka
Porter’s Five Forces, dan analisis VRIO digunakan untuk memahami lingkungan persaingan,
mengevaluasi sumber daya dan kemampuan internal, serta mengidentifikasi peluang dan
ancaman strategis. Desain penelitian ini memberikan pandangan komprehensif tentang
kondisi saat ini dan kemungkinan masa depan bisnis interkoneksi untuk PT, Telkom
Indonesia.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bisnis interkoneksi PT Telkom Indonesia
mengalami penurunan signifikan, dengan pendapatan dari Rp 4,76 triliun pada tahun 2018
menjadi Rp 1,91 triliun pada tahun 2022, mewakili penurunan sekitar 59,87%. Penurunan ini
disebabkan karena meningkatnya layanan OTT yang menawarkan opsi komunikasi yang
lebih murah dan fleksibel dibandingkan layanan interkoneksi tradisional. Analisis eksternal
dengan menggunakan Porter’s Five Forces mengungkapkan persaingan tinggi akibat transisi
teknologi yang akan datang dari interkoneksi berbasis Time Division Multiplexing (TDM)
ke interkoneksi berbasis Internet Protocol (IP), serta ancaman kuat dari pengganti produk
yaitu OTT. Analisis PESTEL menyoroti faktor-faktor regulasi, teknologi, dan sosial yang
memengaruhi bisnis ini. Analisis internal dengan kerangka VRIO menunjukkan bahwa
v
meskipun PT Telkom Indonesia memiliki infrastruktur yang kuat dan basis pelanggan yang
besar, perusahaan kurang inovatif dan kurang responsif terhadap perubahan pasar yang cepat.
Penelitian menyimpulkan bahwa selain pertumbuhan pesat layanan OTT, regulasi juga
signifikan mempengaruhi dinamika bisnis interkoneksi ini. Regulasi Nomor 5 Tahun 2021
dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mewajibkan transisi dari interkoneksi
berbasis Time-Division Multiplexing (TDM) ke Internet Protocol (IP). Pergeseran ini
memberikan peluang dan tantangan bagi PT Telkom Indonesia. Di sisi positif, ini menetapkan
standar teknis dan operasional baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan memungkinkan
layanan baru. Namun, ini juga meningkatkan persaingan dari penyedia layanan
telekomunikasi lain di Indonesia. Sebagai peluang, PT Telkom Indonesia dapat menjadi IP
Hubber dari adanya transisi teknologi dalam regulasi tersebut. Peran ini dapat
mengoptimalkan pengalihan lalu lintas interkoneksi IP, meningkatkan efisiensi pengiriman
layanan interkoneksi, dan menciptakan sumber pendapatan baru dengan memposisikan
perusahaan sebagai pusat lalu lintas IP interkoneksi nasional. Dengan menjadi IP Hubber, PT
Telkom Indonesia dapat memanfaatkan infrastruktur dan keahlian yang dimiliki untuk
mempertahankan pendapatan signifikan dari bisnis interkoneksi, khususnya dalam layanan
transit yang merupakan kontributor utama pendapatan interkoneksi saat ini. Investasi dalam
riset dan pengembangan (R&D) sangat penting untuk tetap kompetitif, menawarkan layanan
bundel, dan membentuk kemitraan dengan penyedia OTT untuk diversifikasi pendapatan.
Selain itu, Telkom juga harus melaksanakan program transfer pengetahuan untuk
mempertahankan keahlian dalam interkoneksi berbasis TDM dan meningkatkan
keterampilan dalam teknologi berbasis IP, memastikan Telkom tetap mempertahankan
keunggulan kompetitifnya di industri telekomunikasi Indonesia.