digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Rantai pasok LPG milik PT X di Kalimantan Selatan saat ini tidak efisien. Ketinggian Jembatan Barito membatasi sehingga hanya jenis kapal Lighter yang dapat menyuplai Terminal LPG Y. Beberapa jalan utama tidak dapat dilalui karena bencana banjir yang menyebabkan tingginya biaya distribusi. Inefisiensi rantai pasok disebabkan utamanya oleh faktor lingkungan. Untuk mengatasi faktor-faktor tersebut, PT X perlu membangun terminal baru yang akan beroperasi bersama Terminal LPG Y sehingga akan terjadi pembagian permintaan antara kedua fasilitas tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, dikembangkan sebuah model MILP yang mempertimbangkan biaya operasional dan biaya investasi terminal untuk menentukan alternatif operasi terminal. Model ini mempertimbangkan keseimbangan volume, pemasangan, operasi, dan ukuran dermaga, pemasangan, operasi, dan ukuran tangki timbun, pemasangan, operasi filling-shed, dan jumlah pekerja. Model tersebut mengusulkan agar PT X membangun terminal baru di Pantai Joras dengan throughput harian 716,55 MT/hari, dermaga dengan panjang trestle 2068 meter, satu tangki spherical sebesar 2500 MT, dan empat filling-shed. Terminal LPG Y akan melanjutkan operasi dengan throughput harian 430.059 MT/hari. Solusi yang diusulkan menghasilkan total biaya $236.990.160,09 yang lebih rendah daripada alternatif awal apabila Terminal LPG Y melanjutkan operasi sendiri dengan total biaya $248.607.975,99. Total biaya yang lebih rendah disebabkan oleh biaya suplai yang lebih rendah karena pada alternatif optimal, jenis kapal Small II digunakan untuk memenuhi permintaan LPG.