Penelitian ini membahas tentang penggunaan identitas sebagai strategi dalam
melestarikan lanskap budaya atau cultural landscape secara aktif dan dinamis dan
berkelanjutan. Dalam penelitian ini lanskap budaya adalah sebuah konstruksi
budaya sebagai simbiosis antara manusia dengan alam dan lingkungan buatan yang
terbentuk dari lapisan sejarah, tradisi, dan budaya. Konfigurasi ini membentuk ciri
khas serta keunikan tempat yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya. Tetapi,
paparan globalisasi dan modernisasi yang tidak dapat dihindari berpotensi untuk
mengikis ciri khas dan keunikan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang
tepat dalam upaya melestarikan lanskap budaya agar selalu relevan dengan kondisi
masa kini, inklusif untuk segala lapisan masyarakat lokal, berkelanjutan dan pada
akhirnya dapat menggerakkan ekonomi lokal.
Dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2019, Sawahlunto
Indonesia adalah satu dari tiga bagian dari Ombilin Coal Mining of Sawahlunto
(OCMHS) yang dibangun pada masa kolonial Belanda sebagai kota administrasi
tambang batu bara dengan sejarah panjang hingga ke Eropa. Saat ini Sawahlunto
mempunyai beragam warisan budaya teraga dan tak teraga tersebar di seluruh
wilayah beserta masyarakat multietnik yang membentuk lanskap budaya yang khas
dan unik, sehingga adalah sangat penting untuk dilakukan upaya-upaya pelestarian
lanskap budaya Sawahlunto.
Berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan, pelestarian lanskap budaya
dilakukan melalui konservasi sebagai upaya perlindungan dan pemanfaatan yang
bersifat dinamis. Konservasi lanskap budaya berkaitan erat dengan identitas
sehingga mengarahkan penelitian ini pada konservasi dengan pendekatan berbasis
identitas. Selanjutnya, penelitian yang membahas tentang teori identitas telah
banyak dilakukan, tetapi masih belum banyak dilakukan penelitian yang berfokus
pada penggunaan identitas untuk konservasi lanskap budaya. Tujuan penelitian ini
adalah menambah pengetahuan dalam keilmuan seni rupa dan desain dengan
membangun strategi atau teori substantif terkait strategi penggunaan identitas
dalam konservasi lanskap budaya berdasarkan perspektif emik. Untuk mencapai
tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
grounded theory. Data yang dikumpulkan dari wawancara semi terstruktur terhadap
54 responden yang memiliki hubungan dengan Sawahlunto dianalisis dalam tiga
ahap pengkodean yaitu pengkodean terbuka, aksial, dan selektif untuk menentukan
faktor-faktor pembentuk identitas yang menjadi landasan utama dalam pembahasan
pada penelitian ini. Karena penelitian ini bersifat ekploratif selanjutnya dilakukan
analisis korespondensi dan analisis kluster untuk menggali informasi lebih dalam
untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservasi lanskap budaya berbasis
identitas dilakukan dengan menyediakan ruang-ruang budaya yang berkualitas,
baik secara design maupun secara ekologis, untuk masyarakat inti melakukan
aktivitas budaya dan berinteraksi sosial, serta memaknai tempat secara terus
menerus yang menjadikan identitas selalu relevan, inklusif dan berkelanjutan.
Penelitian ini juga menemukan dua aktor penting dalam pengelolaan identitas yang
dinamis, yaitu sub-culture sebagai katalisator pembawa inovasi dan cultural-sphere
sebagai stabilisator dari perubahan-perubahan. Selain itu dalam penelitian ini
ditemukan adanya kegiatan adaptive reuse identitas secara progresif dalam
merelevankan identitas lanskap budaya, yang secara konseptual memperluas
pemahaman bahwa adaptive reuse yang pada umumnya dilakukan pada elemen
fisik seperti bangunan dapat juga digunakan pada identitas sebagai entitas tak
teraga. Sebagai entitas tak teraga, makna pada identitas lanskap budaya
direpresentasikan sebagai culture-valuescape, peoplescape dan creativescape yang
saling berhubungan erat satu dengan yang lain. Tiga representasi identitas lanskap
budaya ini merupakan temuan lainnya dari penelitian ini. Pada akhirnya
representasi identitas ini harus dapat divisualisasikan agar upaya konservasi lanskap
budaya lebih dapat dipahami oleh masyarakat luas. Proses visualisasi dari
representasi identitas harus dilakukan dengan kesadaran bahwa proses tersebut akan
meningkatkan kualitas dan menjaga signifikansi lanskap budaya sehingga harus
dilakukan melalui pendekatan desain dalam konteks pelestarian warisan budaya.
Penelitian ini juga menemukan pendekatan desain dalam visualisasi dari
representasi identitas lanskap budaya yaitu reverse Heskett design theory yang
berlaku juga pada aktivitas desain lainnya dalam konteks pelestarian warisan
budaya.
Kontribusi penelitian ini mengusulkan strategi atau teori substantif di dalam
diskursus keilmuan seni rupa dan desain mengenai konservasi lanskap budaya
berbasis identitas. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif
strategi dalam konsep pengembangan situs lanskap budaya lainnya di dunia, serta
dapat menjadi alternatif gagasan panduan untuk konservasi Sawahlunto setelah
dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2019.