Keselamatan dan kesehatan kerja selalu menjadi prioritas tinggi dalam industri minyak dan gas, tidak hanya karena tingkat risiko tinggi di industri ini, tetapi juga sebagai bagian dari mempertahankan reputasi perusahaan dalam pengembangan bisnisnya. Jika catatan keselamatan dan kesehatan perusahaan buruk, investor akan berpikir dua kali berinvestasi di perusahaan. PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) adalah anak perusahaan Pertamina Persero yang mengoperasikan area kerja Mahakam Block, divisi Proyek sebagai salah satu divisi di PT. PHM yang memiliki risiko kecelakaan yang tinggi percaya bahwa mempertahankan kesehatan dan keselamatan kerja yang baik sangat penting. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah indikator keselamatan dan iklim keselamatan saat ini sebagai bagian dari KPI keselamatan dan kesehatan kerja divisi Proyek, memiliki dampak pada kinerja keselamatan.
Metodologi penelitian dilakukan mengikuti langkah desain penelitian pada 10 perusahaan kontraktor yang bekerja didivisi Proyek di PT. PHM, responden yang menerima dan mengisi kuesioner berasal dari berbagai posisi, usia, dan disiplin berbeda dari kegiatan di fabrikasi, barge, kapal offshore dan site basis. Metode pengumpulan dan analisis data dijelaskan melalui statistik deskriptif dan analisa karakteristik responden. Kinerja keselamatan tidak dapat dihubungkan dan metode analisis regresi dan tidak dapat dilakukan dengan indikator proaktif keselamatan dan atribut iklim keselamatan, karena variabel kinerja keselamatan tidak memiliki atribut pertanyaan. Metode AHP dipilih untuk menentukan prioritas masingmasing indikator proaktif keselamatan dan atribut iklim keselamatan dengan membuat perbandingan pairway comparison dengan melakukan FGD dan survei dari lima ahli keselamatan, membandingkan antara indikator proaktif keselamatan dan atribut iklim keselamatan, kemudian mencari dan menentukan atributor mana yang paling berkontribusi pada atribut kinerja keselamatan.
Tiga skor prioritas tertinggi yaitu prioritas satu, aturan menyelamatkan nyawa perusahaan, dua identifikasi bahaya dan penilaian risiko dan tiga, komunikasi dipilih sebagai hasil dari metode perbandingan AHP berpasangan. Analisis mendalam dari urutan prioritas nomor satu, dua dan tiga dilakukan untuk menentukan proposal dan program rekomendasi yang akan dilaksanakan.