Indonesia merupakan negara dengan karakteristik geografis yang cukup
mendukung potensi terjadinya bencana. Salah satu potensi ancaman bencana yang
harus diwaspadai adalah potensi bencana gunung api. Hal tersebut disebabkan
karena Indonesia masuk ke dalam kawasan cincin api. Sebagai negara dengan
jumlah gunung api yang cukup banyak yaitu lebih dari 120 gunung api, 40% di
antaranya belum terpantau dengan baik. Padahal, penanganan gunung api menjadi
salah satu yang diprioritaskan dalam perencanaan Pengembangan Nasional
Indonesia. Salah satu permasalahan dalam penanganan bencana adalah pada
kegiatan manajemen logistik kemanusiaan. Hal tersebut terjadi lantaran 65% dari
total biaya yang dialokasikan oleh NGO dikelola untuk kegiatan pengadaan.
Permasalahan menjadi semakin kompleks ketika bantuan yang harus disuplai
adalah produk perishable yang memiliki masa kedaluwarsa. Ditambah lagi,
terjadinya bencana mengakibatkan suplai dan permintaan jumlah bantuan menjadi
tidak menentu, terlebih jika pemenuhan hanya mengandalkan bantuan donasi yang
sering kali ada hanya ketika bencana telah terjadi. Sehingga, sering kali penanganan
masa tanggap darurat menjadi lebih lama. Penelitian ini mengembangkan model
pengelolaan pengadaan produk perishable dengan fixed shelf-live untuk masa
tanggap darurat bencana gunung api (72 jam pertama) berbasis vendor managed
inventory (VMI). Model yang dikembangkan fokus pada VMI dua eselon yaitu
antara NGO dan vendor. Model dikembangkan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa ketika bencana gunung api terjadi, kebutuhan untuk produk-produk
perishable, khususnya makanan, dapat dipenuhi dengan segera sehingga masa
tanggap darurat dapat segera terlewati. Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa
vendor memiliki dua jenis permintaan yaitu permintaan direct customer serta
permintaan untuk kebutuhan bencana. Kedua permintaan tersebut memiliki
krakteristik distribusi permintaan yang berbeda. Selain itu, proses pemenuhan
permintaan bersifat inter-channel transfer, yang artinya kedua permintaan saling
berkaitan, khususnya bahwa suatu produk berpotensi digunakan untuk memenuhi
permintaan direct customer maupun permintaan bencana, tergantung apakah pada
periode t terjadi bencana atau tidak. Jika pada periode t terjadi bencana, maka
seluruh produk akan digunakan untuk memenuhi permintaan bencana dahulu.
Selanjutnya, jika terdapat persediaan sisa, maka akan digunakan untuk memenuhi
ii
permintaan direct customer. Terdapat dua model yang dikembangkan yaitu model
VMI matematis dan model VMI simulasi. Model VMI matematis dikembangkan
untuk menentukan Solusi optimum Q dan F, sedangkan model VMI simulasi
dikembangkan berdasarkan diagram kejadian pada vendor untuk mengevaluasi
kinerja solusi optimum terhadap setiap perubahan parameter random yang terjadi
di sepanjang periode perencanaan. Kedua model dikembangkan untuk
meminimalisir risiko yang harus dihadapi oleh vendor dan NGO yaitu adanya
produk kedaluwarsa, total biaya penyimpanan, serta biaya kekurangan yang
diakibatkan tidak dapat terpenuhinya permintaan, baik permintaan direct customer
maupun permintaan untuk kebutuhan bencana. Untuk menyelesaikan masalah pada
permasalahan pada penelitian ini, digunakan multi-method stochastic simulation
(MMSS) yaitu simulasi yang mengkombinasikan beberapa metode diantaranya
yaitu markov decision process (MDP), bernoulli trial, random sampling, serta
simulasi monte carlo sehingga didapatkan gambaran yang lebih komprehensif
dalam pengambilan keputusan. Keputusan dibuat berdasarkan dari skenario terbaik
yang meminimalkan risiko yang harus dihadapi oleh NGO maupun vendor. terdapat
dua skenario yang dilakukan. Skenario pertama yaitu dengan menerapkan kondisi
optimum Q dan F dengan asumsi bahwa sepanjang satu masa periode perencanaan
tidak terjadi bencana (R = 0). Skenario kedua adalah dengan menerapkan kondisi
optimum Q dan F dengan asumsi bahwa sepanjang satu masa periode perencanaan
akan terjadi bencana (R = 1). Selanjutnya, kedua skenario tersebut dilakukan
evaluasi terkait dengan risiko yang mungkin harus dihadapi jika skenario tersebut
dipilih sebagai keputusan terbaik. Parameter dalam menentukan keputusan skenario
mana yang dipilih adalah berdasarkan biaya kedaluwarsa, biaya penyimpanan, serta
biaya kekurangan, baik kekurangan karena tidak terpenuhinya permintaan direct
customer maupun permintaan untuk kebutuhan bencana, yang minimal.