Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Pendidikan di Indonesia telah menghadapi tantangan dalam memastikan akses dan distribusi
sumber daya yang merata. Schoters, sebagai salah startup edutech mengalami permasalahan
yang cukup krusial dalam menyediakan solusi pendidikan berkualitas, terutama bagi
seseorang yang ingin melanjutkan kerja maupun studi keluar negeri. Kualitas pendidikan
yang ditawarkan oleh Schoters sangat tergantung pada kompetensi dan kualifikasi mitra
pengajar. Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari hasil wawancara dan
studi dokumen perusahaan, Divisi Talent Management sub-divisi rekrutmen sebagai divisi
yang mengurus rekrutmen dan seleksi pengajar, gagal dalam memenuhi permintaan hiring
dengan tepat waktu karena 56% pemenuhan request mentor telah melewati deadline yang
ditentukan oleh Service Level Agreement (SLA). Kondisi ini berakibat pada penurunan
kualitas pemilihan pengajar dan dampak negatif pada hasil pendidikan yang disediakan.
Beberapa penyebab dari permasalahan adalah kriteria seleksi tidak terstandarisasi dengan
jelas, tidak adanya sistem prioritas dalam proses seleksi, pemetaan job title yang masih tidak
terstruktur, dan beberapa dokumen seperti job description dan job specification yang tidak
terpusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses seleksi mitra pengajar aktif
dan semi-aktif di Schoters dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) untuk menentukan prioritas kriteria seleksi yang efektif dan efisien. Secara umum,
proses seleksi di Schoters meliputi beberapa tahapan, dari pengisian form hingga agreement,
dengan variasi tambahan tes tertulis dan simulasi tergantung pada program spesifik. Kriteria
seleksi dibuat dengan memprioritaskan aspek seperti pengalaman mengajar, keahlian
spesifik, dan keterlibatan dalam program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman
kerja menjadi prioritas utama pada program Lingua Academy, Menlo Park School, dan Work
Abroad Academy, sedangkan International Academy dan Study Abroad Academy
menunjukkan variasi prioritas yang lebih luas termasuk jurusan, achievement, pendidikan
terakhir, soft skill, dan hard skill.