digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Pendidikan di Indonesia telah menghadapi tantangan dalam memastikan akses dan distribusi sumber daya yang merata. Schoters, sebagai salah startup edutech mengalami permasalahan yang cukup krusial dalam menyediakan solusi pendidikan berkualitas, terutama bagi seseorang yang ingin melanjutkan kerja maupun studi keluar negeri. Kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh Schoters sangat tergantung pada kompetensi dan kualifikasi mitra pengajar. Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari hasil wawancara dan studi dokumen perusahaan, Divisi Talent Management sub-divisi rekrutmen sebagai divisi yang mengurus rekrutmen dan seleksi pengajar, gagal dalam memenuhi permintaan hiring dengan tepat waktu karena 56% pemenuhan request mentor telah melewati deadline yang ditentukan oleh Service Level Agreement (SLA). Kondisi ini berakibat pada penurunan kualitas pemilihan pengajar dan dampak negatif pada hasil pendidikan yang disediakan. Beberapa penyebab dari permasalahan adalah kriteria seleksi tidak terstandarisasi dengan jelas, tidak adanya sistem prioritas dalam proses seleksi, pemetaan job title yang masih tidak terstruktur, dan beberapa dokumen seperti job description dan job specification yang tidak terpusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses seleksi mitra pengajar aktif dan semi-aktif di Schoters dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan prioritas kriteria seleksi yang efektif dan efisien. Secara umum, proses seleksi di Schoters meliputi beberapa tahapan, dari pengisian form hingga agreement, dengan variasi tambahan tes tertulis dan simulasi tergantung pada program spesifik. Kriteria seleksi dibuat dengan memprioritaskan aspek seperti pengalaman mengajar, keahlian spesifik, dan keterlibatan dalam program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja menjadi prioritas utama pada program Lingua Academy, Menlo Park School, dan Work Abroad Academy, sedangkan International Academy dan Study Abroad Academy menunjukkan variasi prioritas yang lebih luas termasuk jurusan, achievement, pendidikan terakhir, soft skill, dan hard skill.