digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Syifa Chaerunissa [17020006]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Swasensor adalah tindakan sadar dan sukarela dalam mengontrol perilaku atau perkataan tanpa arahan langsung. Swasensor sering dimulai dari pola pengasuhan di lingkungan tidak aman dan diperkuat oleh stereotip gender dalam masyarakat patriarkis. Pada rezim Orde Baru di Indonesia, konsep ibuisasi menempatkan perempuan dalam peran domestik di bawah laki-laki serta dibatasi pergerakannya, terutama bagi kelompok rentan seperti pencari nafkah, difabel, atau dari daerah 3T. Idealisasi perempuan ini disebut sebagai femininitas. Pada hakikatnya, swasensor merupakan bentuk perlindungan diri dari relasi kuasa yang hadir di sekitar perempuan. Riak Suaka mengeksplorasi kaburnya batas antara perlindungan dan pengekangan melalui penggunaan kain brokat pada payung yang membuka dan menutup otomatis, merefleksikan ketangguhan perempuan terhadap lingkungan mereka. Analisis karya menunjukkan bahwa gerakan otomatis payung mencerminkan paradoks perlindungan dan pengekangan. Payung yang terus menerus membuka dan menutup menandakan perlindungan yang ilusif, sekaligus simbolisasi dari tindakan swasensor yang terus diulang. Bunyi dan getaran yang dihasilkan saat payung bergerak menambah dimensi performatif dari karya, menggambarkan ketegangan antara perlindungan dan pengekangan yang dirasakan perempuan. Karya ini tidak hanya menggambarkan ketangguhan perempuan dalam menghadapi lingkungan yang mengekang, tetapi juga mengkritisi dan mendekonstruksi konstruksi sosial femininitas yang melanggengkan swasensor