BAB I Ursae Pramesvari [27123050]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II Ursae Pramesvari [27123050]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III Ursae Pramesvari [27123050]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV Ursae Pramesvari [27123050]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V Ursae Pramesvari [27123050]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia menghadapi tantangan demografi dengan peningkatan jumlah penduduk
lansia mencapai 11,75% dari total populasi pada tahun 2023, dan diproyeksikan
terus
meningkat hingga 2050. Penuaan populasi membawa dampak
multidimensional, termasuk penurunan fisiologis khususnya pada lansia
perempuan, yang rentan mengalami kombinasi keterbatasan mobilitas dan
gangguan kontrol kandung kemih, yang mempengaruhi kualitas hidup,
kemandirian, dan partisipasi sosial. Aktivitas sehari-hari seperti berpakaian menjadi
tantangan, karena desain celana konvensional seringkali tidak mempertimbangkan
kebutuhan fungsional mereka, termasuk kemudahan akses toilet, perlindungan
kebocoran, dan kenyamanan kulit sensitif. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan, preferensi, dan keterbatasan fisiologis lansia
perempuan Indonesia, serta mengembangkan desain celana adaptif bagi lansia
dengan gangguan inkontinensia urin.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-methods. Kajian literatur dilakukan
pada tahap awal untuk memetakan tantangan fisiologis lansia, inkontinensia urin,
serta praktik perancangan pakaian adaptif. Studi lapangan dilaksanakan di Kota
Bandung dengan melibatkan 31 partisipan lansia perempuan aktif berusia 60 tahun
ke atas. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur, serta
observasi langsung yang dilakukan untuk memahami postur serta cara mengenakan
dan melepas celana, dengan pengukuran waktu sebagai data kuantitatif pendukung.
Untuk mendalami aspek keterbatasan fisiologis, dilakukan dua pengukuran
sederhana, yakni gerakan fleksi batang tubuh untuk menilai fleksibilitas tubuh dan
single leg stance test untuk mengevaluasi keseimbangan saat berdiri satu kaki. Data
kuantitatif dianalisis secara deskriptif untuk memetakan variasi kemampuan fisik
dan rentang waktu berpakaian partisipan.
Hasil analisis data awal menunjukkan beberapa temuan penting. Sebanyak 11
partisipan mengalami inkontinensia urin, sebagian besar tipe tekanan yang
meningkatkan urgensi desain celana yang mudah dibuka dengan cepat. Sebagian
besar partisipan mengalami penurunan kemampuan keseimbangan, dengan durasi
single leg stance rata-rata di bawah nilai normatif. Meskipun fleksibilitas tubuh
umumnya masih baik, observasi menunjukkan banyak partisipan tampak goyah
atau harus menggunakan cara khusus saat mengenakan dan melepas celana.
Temuan ini digunakan untuk merancang prototipe celana adaptif yang kemudian di
evaluasi dalam tiga siklus iterasi desain. Proses iterasi desain dilakukan terhadap
empat partisipan utama yang menceritakan pengalaman inkontinensia urin secara
eksplisit, hingga diperoleh desain akhir yang sesuai dengan umpan balik partisipan.
Validasi produk akhir celana adaptif dilakukan melalui evaluasi penggunaan yang
mencakup waktu mengenakan dan melepas, serta survei terhadap pengalaman
mengenakan celana adaptif. Hasil evaluasi prototipe menunjukkan bahwa alternatif
cara pemakaian tarik sederhana (slip-on) menggunakan pinggang elastis, lebih
praktis untuk diterapkan saat aktivitas toilet dengan terburu-buru. Sementara
bukaan depan lebar dengan pengancing ritsleting dapat dimanfaatkan untuk akses
alat bantu inkontinensia.
Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan jumlah partisipan dan ruang lingkup
geografis, hasilnya menunjukkan arah yang positif bagi pengembangan desain
celana yang lebih inklusif. Studi lanjutan disarankan untuk memperluas partisipasi,
menguji keberlanjutan penggunaan jangka panjang, serta mengevaluasi kelayakan
produksi dan distribusi secara luas. Dengan demikian, rancangan celana adaptif ini
diharapkan dapat menjadi solusi praktis untuk meningkatkan kualitas hidup lansia
perempuan Indonesia secara berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB