Sayembara desain proyek perwujudan IKN menjadi wadah bagi para desainer di bidang arsitektur dan rancang kota untuk berkontestasi dalam mempresentasikan gagasan rancangannya. Setelah melalui rangkaian penjurian, desain ‘Nagara Rimba Nusa’ oleh firma rancang kota dan arsitektur URBAN+ ditetapkan sebagai pemenang utama. Sebagai pemenang utama, rancangan ‘Nagara Rimba Nusa’ dianggap sebagai rancangan yang berhasil memenuhi aspek-aspek yang tertera dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun, perlu diingat bahwa KAK tidak hanya memuat aspek-aspek teknis, melainkan juga terma dan konsep yang patut ditranslasikan menjadi wujud rancang kota. Salah satu dari konsep itu adalah ‘identitas bangsa’ yang sarat akan nilai politik. Maka dari itu, perlu adanya eksplorasi mengenai bagaimana tim perancang mentranslasikan konsep tersebut. Dokumen sayembara adalah media yang digunakan para desainer untuk mengaktualisasikan gagasan rancangannya setelah mereka bernegosiasi dan berinteraksi dengan sesama anggota tim perancang. Penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana dokumen rancangan ‘Nagara Rimba Nusa’ menjadi refleksi tidak hanya manuver dan negosiasi antar anggota tim perancang, melainkan juga menjadi refleksi akan pengetahuan dan pengalaman kerja dari tim perancang URBAN+. Proses sosial yang menjadi dasar dari perancangan ‘Nagara Rimba Nusa’ tidak hanya terjadi dalam tim, melainkan juga proses sosial para desainer dengan aktor-aktor di luar tim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran-peran yang diemban desainer selama proses desain berlangsung, dan bagaimana proses ini direfleksikan dalam dokumen perancangan. Pendekatan penelitian adalah kritik advokatif dengan menempatkan tim perancang URBAN+ dan rancangan ‘Nagara Rimba Nusa’ dalam konteks perwujudan identitas bangsa melalui sayembara rancang kota IKN.