DIFA ZAHRAH FITRIANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
DIFA ZAHRAH FITRIANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
DIFA ZAHRAH FITRIANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
DIFA ZAHRAH FITRIANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
DIFA ZAHRAH FITRIANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
DIFA ZAHRAH FITRIANI
EMBARGO  2027-09-06 
EMBARGO  2027-09-06 
Butil hidroksi anisol (BHA) merupakan senyawa turunan fenolik yang biasa digunakan
sebagai zat aditif di makanan maupun kosmetik karena bersifat sebagai antioksidan.
Penggunaan BHA berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal, hati dan juga
dapat menyebabkan kanker. Food and Drug Administration (FDA) telah mengatur
penggunaan BHA pada produk makanan maksimum sebesar 0,02 % pada produk yang
mengandung lemak dan minyak. Analisis BHA sudah dilakukan menggunakan berbagai
metode seperti HPLC, spektrofotometri, dan voltammetri. Pada penelitian ini digunakan
metode voltammetri karena cara kerja sederhana, waktu analisis cepat, sensitivitas yang baik
dan selektivitas yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi elektroda kerja yaitu
elektroda pasta karbon (EPK) yang dimodifikasi TiO2 dan bromtimol biru (BTB) bercetakan
molekul (MIP) untuk analisis BHA. Jumlah optimum TiO2 dalam modifikasi EPK yaitu 12
mg/mL. Kondisi optimum dalam pembuatan EPK-TiO2-MIP diperoleh pada perbandingan
BHA dan BTB yaitu 1 : 2 dengan jumlah siklus elektropolimerisasi 10. EPK-TiO2-MIP yang
dibuat ini menghasilkan arus puncak oksidasi BHA yang paling tinggi dibandingkan dengan
EPK, EPK-TiO2, dan EPK-TiO2-BTB tidak bercetakan molekul (NIP). Kondisi optimum
pengukuran larutan BHA yaitu pada pH 6 dengan teknik square wave voltammetry. Uji
repeatability dan reproducibility untuk pengukuran BHA 1 mM memberikan %RSD
berturut-turut yaitu 4,65 % (n = 25) dan 3,53 % (n = 5). Analisis laju pindai menunjukkan
bahwa proses transfer elektron yang terjadi pada permukaan elektroda dikontrol oleh proses
difusi. EPK-TiO2-MIP mempunyai daerah linier pada rentang konsentrasi 1 – 90 µM dengan
limit deteksi 0,64 µM. Hasil analisis sampel keju menggunakan voltammetri dan HPLC tidak
memberikan perbedaan yang signifikan.