FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
FITRIANI
EMBARGO  2027-08-19 
EMBARGO  2027-08-19 
Senyawa kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan 3-bpp adalah ligan 2,6-bis(pirazol-3-il)
piridina, merupakan salah satu dari senyawa kompleks yang dapat mengalami
fenomena transisi spin atau Spin Crossover (SCO). Fenomena SCO terjadi ketika
suatu senyawa kompleks mengalami perubahan sifat magnetik sebagai akibat dari
perubahan spin elektron pada ion besi(II) sebagai pusat kompleks. Pada suhu
rendah, besi(II) dalam kompleks tersebut berada pada keadaan spin rendah
(Low Spin = LS) dan bersifat diamagnetik karena semua elektron berpasangan
(t2g6 eg0). Namun pada suhu tinggi, besi(II) dapat berubah menjadi keadaan
spin tinggi (High Spin = HS) dan bersifat paramagnetik dengan empat elektron tidak
berpasangan (t2g4 eg2). Perubahan sifat magnetik kompleks tersebut terjadi karena
3-bpp termasuk ligan dengan kekuatan menengah, sehingga transisi LS ? HS
terjadi sebagai akibat adanya faktor eksternal seperti perubahan suhu. Selain
kekuatan ligan, anion penyeimbang pada kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ berperan penting
pada fenomena SCO, meskipun anion tersebut tidak berkoordinasi langsung dengan
ion pusat besi(II).
Tinjauan ukuran anion penyeimbang (X) telah diamati pada senyawa kompleks
[Fe(3-bpp)2]X2 dan hanya anion berukuran besar (ruah) seperti bromida dan iodida
yang menghasilkan kompleks dengan karakteristik SCO. Untuk anion klorida,
kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ tidak menunjukkan karakteristik SCO, sedangkan
kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan anion fluorida belum ditemukan. Akan tetapi,
kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan anion poliatomik yang mengandung ion fluorida
seperti anion tetrafluoroborat dan heksafluorofosfat telah ditemukan dan karakter
SCO-nya dapat teramati. Selanjutnya, penggunaan anion yang mengandung gugus
trifluoro pada anion trifluorosulfonat dan trifluoroasetat juga menunjukkan
kontribusi yang nyata pada keberhasilan menghasilkan kompleks [Fe(3-bpp)2]2+
dengan fenomena SCO. Pengembangan riset anion pada kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ berlanjut dengan pemanfaatan anion kompleks siano seperti [Fe(CN)5(NO)]2?,
[Ag(CN)2]? dan [Au(CN)2]? yang juga berkontribusi terhadap keberhasilan
pembentukan kompleks SCO. Berdasarkan studi literatur tersebut, keberadaan
anion penyeimbang pada kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ yang tidak berkolerasi langsung
dengan ion pusat kompleks menjadi pembahasan yang menarik untuk diteliti,
khususnya mengenai faktor keruahan anion, muatan anion dan adanya atom dengan
keelektronegatifan tinggi pada anion penyeimbang. Penggunaan variasi anion
penyeimbang pada kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ masih menjadi peluang dalam
pengembangan material SCO, khususnya pada anion berukuran besar (ruah) dari
jenis anion trihaloasetat, trihalosulfonat dan anion kompleks siano bermuatan ?2
dengan struktur segiempat datar. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan senyawa kompleks baru [Fe(3-bpp)2]2+ dengan empat jenis anion
penyeimbang, yaitu trifloroasetat (CF3CO2 ?), trikloroasetat (CCl3CO2 ?),
triklorosulfonat
(CCl3SO3 ?),
dan
anion
([Ni(CN)4]??) yang memiliki karakteristik SCO.
kompleks
tetrasianonikelat(II)
Sintesis kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan berbagai jenis anion penyeimbang ini
dilakukan melalui dua metode sintesis yang berbeda. Kompleks [Fe(3-bpp)2]2+
dengan anion trifloroasetat ataupun trikloroasetat telah disintesis melalui reaksi
langsung garam besi(II) dengan anion tersebut. Untuk kompleks [Fe(3-bpp)2]2+
dengan anion triklorosulfonat ataupun anion kompleks tetrasianonikelat(II) telah
disintesis melalui reaksi pertukaran anion klorida dari larutan kompleks
[Fe(3-bpp)2]2+ dengan garam dari anion tersebut. Dari hasil sintesis kompleks
[Fe(3-bpp)2]2+ dengan variasi anion penyeimbang tersebut diperoleh empat
senyawa kompleks baru yang telah berhasil disintesis dan dikonfirmasi rumus
molekulnya, yaitu [Fe(3-bpp)2](CF3CO2)2·H2O; [Fe(3-bpp)2](CCl3CO2)2·H2O;
[Fe(3-bpp)2](CCl3SO3)2·2H2O·0,5CH4O dan [Fe(3-bpp)2][Ni(CN)4]·4H2O. Dari
keempat senyawa tersebut, kompleks [Fe(3-bpp)2](CF3CO2)2·H2O menunjukkan
karakteristik SCO tipe serentak yang tuntas sampai ke keadaan spin rendah. Hasil
penelitian ini berbeda dengan kompleks yang dihasilkan oleh peneliti lainnya yaitu
kompleks [Fe(3-bpp)2](CF3CO2)2 yang memiliki karakteristik SCO tipe serentak,
namun tidak tuntas sampai ke keadaan spin rendah.
Pengembangan kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan anion trifloroasetat pada
penelitian ini menghasilkan senyawa kompleks [Fe(3-bpp)2](CF3CO2)2·H2O berupa
padatan serbuk berwarna merah-coklat. Untuk kristal tunggalnya berwarna
coklat-oranye yang ditumbuhkan melalui rekristalisasi menggunakan pelarut
campuran metanol-kloroform. Adanya satu molekul air kristal pada kompleks
tersebut dideteksi dari analisis termogravimetri berdasarkan pengurangan massa
sebesar 3,02% pada suhu di bawah 100 °C. Kompleks ini stabil hingga mencapai
200 °C, tetapi mengalami dekomposisi pada pemanasan di atas suhu tersebut. Pada suhu ruang (300 K), kompleks ini bersifat spin tinggi dengan nilai
suseptibilitas magnetik molar (?MT) sebesar 3,03 emu mol?? K. Data ini
menunjukkan bahwa sekitar 83% besi(II) dalam kompleks tersebut berada pada
keadaan spin tinggi. Data analisis X-ray Diffraction (XRD) kristal tunggal juga
menunjukkan panjang ikatan rata-rata Fe–N sebesar 2,171 Å, yang sesuai dengan
keadaan spin tinggi kompleks besi(II). Pada proses pendinginan dengan rentang
230–180 K, kompleks ini mengalami perubahan menjadi spin rendah secara
tajam-diskontinu dengan nilai ?MT sebesar 0,34 emu mol?? K pada 180 K.
Sebaliknya pada proses pemanasan ke suhu ruang, kompleks ini kembali ke
keadaan spin tinggi seperti sebelum didinginkan. Berdasarkan kurva hubungan
antara nilai ?MT terhadap T, diperoleh pola SCO tipe serentak (abrupt) dengan
suhu titik tengah SCO (T1/2) sekitar 216 K. Suhu titik tengah SCO tersebut
menunjukkan suhu pada saat populasi keadaan spin tinggi sama dengan keadaan
spin rendah. Fenomena SCO pada kompleks ini disertai dengan perubahan warna
yang jelas dan dapat diamati secara visual dari warna merah-coklat pada suhu ruang
(keadaan spin tinggi) berubah menjadi coklat tua ketika didinginkan dalam nitrogen
cair (keadaan spin rendah).
Penggunaan anion trikloroasetat yang berukuran sedikit lebih ruah dari
trifluoroasetat pada kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ menghasilkan rumus molekul
senyawa kompleks yang mirip seperti di atas, yaitu [Fe(3-bpp)2](CCl3CO2)2·H2O.
Kompleks ini berupa padatan kristal berwarna hitam kemerahan dan bersifat spin
rendah dengan nilai ?MT terukur sebesar 1,52 emu mol?? K pada 300 K. Nilai ?MT
tersebut menunjukkan populasi spin tinggi sekitar 40%. Temuan ini menunjukkan
bahwa ukuran anion yang semakin ruah dapat menurunkan populasi spin tinggi
pada kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan anion dari kelompok trihaloasetat. Pada
penurunan suhu sampai 13 K, kompleks ini menghasilkan keadaan spin rendah
sempurna secara perlahan dengan nilai ?MT sebesar 0,66 emu mol?? K.
Pengukuran panjang ikatan rata-rata Fe–N pada kompleks ini diperoleh sebesar
1,955 Å, yang sesuai dengan keadaan spin rendah kompleks besi(II).
Anion triklorosulfonat atau trichlate sebagai anion penyeimbang pada kompleks
[Fe(3-bpp)2]2+
menghasilkan
senyawa kompleks yang baru, yaitu
[Fe(3-bpp)2](CCl3SO3)2·2H2O·0,5CH4O. Kompleks ini berupa padatan kristal
berwarna hitam kemerahan. Berdasarkan hasil analisis XRD kristal tunggal,
ditemukan adanya molekul air kristal dan pelarut metanol. Kompleks ini berada
pada keadaan spin rendah dengan populasi spin tinggi sekitar 33%, atau diperoleh
nilai ?MT sebesar 1,23 emu mol?? K pada 300 K. Nilai ?MT tersebut lebih rendah
dari kompleks [Fe(3-bpp)2]2+ dengan anion trikloroasetat. Pada proses pendinginan
sampai 2 K, kompleks ini menghasilkan keadaan spin rendah sempurna secara perlahan dengan nilai ?MT sebesar 0,10 emu mol?? K. Keadaan spin rendah
kompleks ini didukung oleh panjang ikatan rata-rata Fe–N sebesar 1,956 Å. Pada
proses pemanasan sampai 340 K, populasi spin tinggi kompleks ini meningkat
sampai 46% dengan nilai ?MT sebesar 1,71 emu mol?? K. Namun pada proses
pemanasan di atas 340 K, kompleks ini mengalami dekomposisi dan kehilangan
karakteristik SCO. Dari pengamatan ini, efek ruah suatu anion penyeimbang belum
menjamin keberhasilan fenomena SCO dan faktor kestabilan kompleks bis 3-bpp
besi(II) juga berperan pada fenomena tersebut.
Anion kompleks siano yang digunakan sebagai anion penyeimbang pada kompleks
[Fe(3-bpp)2]2+, menghasilkan kompleks dengan kandungan molekul air yang tinggi
yaitu [Fe(3-bpp)2][Ni(CN)4]·4H2O. Pada suhu ruang, kompleks ini berupa serbuk
berwarna merah bata dan bersifat paramagnetik dengan populasi spin tinggi sekitar
75%. Ini diperoleh dari pengukuran ?MT sebesar 2,65 emu mol?? K pada 300 K.
Penurunan populasi spin tinggi pada kompleks ini berlangsung secara perlahan
dengan populasi spin tinggi sekitar 29% pada proses pendinginan sampai 12 K.
Karakteristik SCO pada kompleks ini juga disertai dengan perubahan warna yang
diamati secara visual dari warna merah bata pada suhu ruang (keadaan spin tinggi)
menjadi coklat tua pada pendinginan dalam nitrogen cair (keadaan spin rendah).
Berdasarkan hasil pengukuran sifat magnetik kompleks pada variasi suhu, senyawa
kompleks [Fe(3-bpp)2](CCl3CO2)2·H2O, [Fe(3-bpp)2](CCl3SO3)2·2H2O·0,5CH4O
dan [Fe(3-bpp)2][Ni(CN)4]·4H2O masing-masing memiliki pola SCO yang sama
yaitu tipe perlahan. Untuk pola SCO tipe serentak, diperoleh pada senyawa
kompleks [Fe(3-bpp)2](CF3CO2)2·H2O dengan perubahan keadaan HS ? LS yang
terjadi secara serentak pada rentang suhu yang pendek. Pola SCO tipe serentak
tersebut mendukung fungsi material SCO sebagai sensor. Oleh karena itu, senyawa
kompleks [Fe(3-bpp)2](CF3CO2)2·H2O berpotensi untuk dikembangkan sebagai
smart magnetic material di masa depan.