Pada tahun 2022, konsumsi BBM di Indonesia mencapai 477 juta barel yang
didominasi oleh bensin hingga mencapai 48,7%. Kebutuhan bensin utamanya
dipenuhi dari proses perengkahan minyak bumi atau fluid catalytic cracking (FCC)
dengan bantuan katalis komposit yang terdiri dari zeolit Y, matriks aktif, filler,
binder, dan aditif. Kendala yang dihadapi pada proses FCC adalah hambatan
difusional molekul hidrokarbon besar untuk mengakses situs aktif pada struktur
mikropori zeolit Y. Penggunaan matriks aktif merupakan solusi dari masalah
tersebut. Anggaswara dan Hudaya (2023) telah meneliti proses pembuatan matriks
aktif dari kaolin dengan luas permukaan 144,23 m2
/g dan konversi perengkahan
hingga 70,0%-b/b. Akan tetapi, pengembangan komposit katalis FCC dengan
matriks aktif tersebut belum diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi rasio zeolit terhadap matriks
aktif dalam katalis FCC yang dapat menghasilkan konversi, perolehan bensin,
propilena, butilena, serta diesel yang tinggi. Matriks aktif dan zeolit Y disintesis
menggunakan metode hidrotermal pada skala pilot. Fumed silica dan metakaolin
secara berurutan digunakan sebagai binder dan filler. Komposit katalis disintesis
dengan metode pencampuran kering. Komposisi zeolit dan matriks aktif
divariasikan untuk mendapatkan nisbah zeolit terhadap matriks aktif (Z/M) sebesar
0,20–1,00. Selain itu, pengaruh dari penambahan aditif ZSM-5 sebesar 5%-b dan
perlakuan regenerasi juga dipelajari. Katalis dianalisis dengan x-ray fluorescence,
BET (Brunauer-Emmet-Teller), BJH (Barret-Joyner-Halenda), difraksi sinar-x, dan
NH3-TPD (temperature programmed desorption) untuk mengetahui komposisi,
karakteristik permukaan, karakteristik kristal, dan keasamannya. Aktivitas intrinsik
perengkahan diuji dengan menggunakan MAT (microactivity test). Produk gas dan
cair dianalisis dengan menggunakan kromatografi gas sedangkan kokas dianalisis
dengan menggunakan analisis termogravimetri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi perengkahan optimum dicapai pada
rentang nisbah Z/M sebesar 0,71–1. Perolehan bensin dan diesel paling optimal
secara berurutan dicapai pada nisbah Z/M sebesar 0,71 dan 0,20. Perolehan propilen
dan butilen paling tinggi dicapai pada katalis dengan nisbah Z/M sebesar 0,71 dan
kadar aditif ZSM-5 sebesar 5%-b. Penambahan ZSM-5 sebanyak 5%-b dapat
meningkatkan perolehan propilena hingga 2 kali lipat, tetapi menurunkan perolehan
bensin hingga setengah kali lipat. Proses reaksi dan regenerasi sebanyak satu kali
dapat mengubah karakteristik permukaan dari katalis FCC, tetapi tidak
mempengaruhi aktivitas instrinsik perengkahannya