digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat setiap tahunnya mendorong perkembangan energi baru terbarukan seperti energi panas bumi. Indonesia memiliki 40% cadangan panas bumi dunia atau setara 28910 MW. Namun, hanya 8% atau 2284 MW Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTPB) yang terpasang di Indonesia pada tahun 2023. Teknologi biner merupakan teknologi paling banyak diterapkan pada PLTPB, dengan 203 dari 473 PLTB di seluruh dunia menggunakan teknologi sistem biner. Siklus biner definisikan sebagai gabungan dua siklus yaitu siklus fluida panas bumi dari suatu sumur produksi hingga sumur reinjeksi, dan Siklus Rankine Organik (SRO). Sistem SRO menggunakan fluida kerja organik sebagai fluida yang menyerap panas dari fluida panas bumi. Teknologi sistem biner ini belum banyak diaplikasikan di Indonesia. Teknologi SRO biasanya digunakan untuk memanfaatkan fluida panas bumi yang memiliki karkateristik nilai entalpi rendah dan juga memanfaatkan air panas (brine) yang dipisahkan dari fluida panas bumi di separator dua fase. Lapangan panas bumi yang diteliti merupakan tipe lapangan panas bumi yang didominasi air dimana ciri khasnya adalah lebih banyak kandungan air panas (brine) dibandingkan jumlah uap air (steam). Brine yang berlimpah ini berpotensi digunakan sebagai sumber panas untuk menambah generasi listrik dengan menerapakan PLTPB sistem biner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi potensi peningkatan generasi listrik dengan memanfaatkan energi dari brine pada suatu lapangan panas bumi yang selama ini direinjeksikan langsung ke dalam bumi, untuk menguapkan fluida kerja organik pada SRO. Penelitian ini berfokus pada pemilihan fluida kerja organik dan evaluasi fundamental proses konfigurasi untuk implementasi SRO pada suatu lapangan panas bumi. Fluida kerja yang dipelajari adalah n-pentana, dan i-pentana. Fluida kerja tersebut dipilih karena termasuk fluida kerja yang paling banyak digunakan di Indonesia. Perbandingan juga dilakukan dengan fluida kerja n-butana dan n-hexana sebagai alternatif. Konfigurasi yang dipelajari termasuk SRO dengan dan tanpa recuperator. Simulasi dengan ASPEN HYSYS menunjukkan model yang memiliki generasi bersih (W-plant) yang tertinggi (22,05 MW) adalah SRO nbutana dengan recuperator. Namun, perhitungan nilai IRR dan NPV menunjukkan bahwa investasi yang terbaik adalah untuk SRO n-pentana dengan recuperator (15% dan $ 16.440.118).