ABSTRAK Nathan Althea Sandjaja
PUBLIC TINI SUPARTINI
COVER Nathan Althea Sandjaja
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Nathan Althea Sandjaja
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Nathan Althea Sandjaja
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Adrienne Abigail
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nathan Althea Sandjaja
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nathan Althea Sandjaja
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nathan Althea Sandjaja
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia adalah negara dengan flora dan fauna yang sangat beragam. Namun,
Indonesia masih menghadapi masalah terkait ketahanan pangan terutama pada
aspek kemanan pangan. Masalah tersebut terjadi akibat tumpuan sumber pangan
pokok utama berupa beras yang terus mengalami penurunan produksi. Minimnya
diversifikasi sumber pangan utama dapat diselesaikan dengan meningkatkan
pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber pangan pokok substitusi, salah satunya
porang. Umbi porang memiliki keunggulan yang melimpah dengan kandungan
mineral; serat; glukomanan yang multifungsi yang tinggi, serta kalori dan lemak
yang rendah. Namun, metode pengembangbiakan porang secara konvensional
masih menghadapi banyak kendala, terutama dalam pemenuhan bibit unggul. Oleh
karena itu, metode kultur in vitro menggunakan bioreaktor mist dikembangkan
untuk memproduksi bibit porang unggul dalam jumlah banyak secara cepat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh frekuensi penyiraman
terhadap produksi bibit tanaman porang (Amorphophallus muelleri) hasil kultur in
vitro dalam bioreaktor mist selama 14 hari. Pada variasi penyiraman selama 2 menit
setiap 6 jam dan 18 jam sekali, secara berturut-turut, kultur porang mengalami laju
pertumbuhan relatif bibit sebesar 34,724 ± 2,714 mg/hari dan 41,371 ± 6,457
mg/hari, laju peningkatan tinggi sebesar 0,191 ± 0,064 mm/hari dan 0,320 ± 0,170
mm/hari, multiplication rate tunas sebesar 9,922 ± 0,647 tunas/eksplan/hari dan
7,883 ± 0,437 tunas/eksplan/hari, perubahan kandungan klorofil bibit sebesar 8,519
± 0,088 SPAD unit dan 5,592 ± 0,201 SPAD unit, survival rate bibit sebesar 100%
dan 100%, perubahan pH medium kultivasi sebesar 0,640 ± 0,272 dan 0,650 ±
0,330, perubahan kandungan sukrosa medium kultivasi sebesar 2,907 ± 1,757 g/L
dan 3,174 ± 1,598 g/L, perubahan konduktivitas medium kultivasi sebesar 53,111
± 8,468 µs/cm dan 22,667 ± 4,163 µs/cm, biokonversi unsur karbon sebesar 1,552
± 0,075 g/L dan 1,799 ± 0,112 g/L, biokonversi unsur oksigen sebesar 0,633 ± 0,153
mg/L dan 0,567 ± 0,058 mg/L, biokonversi unsur nitrogen 0,028 ± 0,008% dan
0,056 ± 0,011%, serta perbandingan antara berat biomassa kering aktual dengan
berat biomassa kering hasil analisis neraca massa sebesar 131% dan 142%