Melanjutkan penelitian sebelumnya, bahasan kali ini adalah membandingkan gerusan
yang terjadi di sekitar abutment dinding vertikal tanpa sayap dan dengan sayap pada
saluran lurus, tikungan 90 derajat, dan 180 derajat. Perbandingan ini lebih difokuskan
pada gerusan lokal, jenis live-bed scour, dimana gerusan terjadi dikarenakan adanya
bangunan air, yaitu abutment, dan terjadi pula transportasi sedimen sepanjang
pengaliran debit 4, 5, 6, dan 7 liter/detik di model saluran.
Metode yang digunakan adalah penelitian laboratorium. Hasil parameter fisik yang
diperoleh, berupa kecepatan dan kedalaman gerusan, dibandingkan secara analitik
dengan menggunakan Formula Laursen (1960), Froehlich (1989), dan Mellvile
(1997) untuk kedalaman gerusan maksimum. Pengamatan dan pengukuran kedua
parameter fisik tersebut juga dilakukan dalam kondisi sebelum mulai tergerus (initial
condition).
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa untuk abutment dinding vertikal
tanpa sayap, kedalaman gerusan maksimum terjadi relatif di sekitar hulu abutment,
untuk abutment dinding vertikal dengan sayap, elevasi terendah terjadi relatif di
segmen tengah abutment. Sedangkan sedimentasi tertinggi yang terjadi di sekitar
kedua jenis abutment terjadi relatif di sebelah hilirnya. Gerusan maksimum untuk
pengaliran 4 (empat) debit rencana dicapai selama pengaliran debit 7 liter/detik. Hal ini sejalan dengan teori bahwa kecepatan tinggi mampu menghasilkan gerusan
terdalam.
Dari hasil perbandingan secara analitik, diperoleh bahwa untuk abutment dinding
vertikal tanpa sayap, hasil perhitungan yang paling mendekati hasil pengamatan
adalah perhitungan dengan menggunakan adalah Formula Laursen (1960) dengan
persentase kesalahan 20,02%. Sedangkan untuk abutment dinding vertikal dengan
sayap, persentase kesalahan terkecil adalah sebesar 28,17%, hasil perbandingan
dengan menggunakan Formula Froehlich (1989).