digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Melanjutkan penelitian sebelumnya, bahasan kali ini adalah membandingkan gerusan yang terjadi di sekitar abutment dinding vertikal tanpa sayap dan dengan sayap pada saluran lurus, tikungan 90 derajat, dan 180 derajat. Perbandingan ini lebih difokuskan pada gerusan lokal, jenis live-bed scour, dimana gerusan terjadi dikarenakan adanya bangunan air, yaitu abutment, dan terjadi pula transportasi sedimen sepanjang pengaliran debit 4, 5, 6, dan 7 liter/detik di model saluran. Metode yang digunakan adalah penelitian laboratorium. Hasil parameter fisik yang diperoleh, berupa kecepatan dan kedalaman gerusan, dibandingkan secara analitik dengan menggunakan Formula Laursen (1960), Froehlich (1989), dan Mellvile (1997) untuk kedalaman gerusan maksimum. Pengamatan dan pengukuran kedua parameter fisik tersebut juga dilakukan dalam kondisi sebelum mulai tergerus (initial condition). Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa untuk abutment dinding vertikal tanpa sayap, kedalaman gerusan maksimum terjadi relatif di sekitar hulu abutment, untuk abutment dinding vertikal dengan sayap, elevasi terendah terjadi relatif di segmen tengah abutment. Sedangkan sedimentasi tertinggi yang terjadi di sekitar kedua jenis abutment terjadi relatif di sebelah hilirnya. Gerusan maksimum untuk pengaliran 4 (empat) debit rencana dicapai selama pengaliran debit 7 liter/detik. Hal ini sejalan dengan teori bahwa kecepatan tinggi mampu menghasilkan gerusan terdalam. Dari hasil perbandingan secara analitik, diperoleh bahwa untuk abutment dinding vertikal tanpa sayap, hasil perhitungan yang paling mendekati hasil pengamatan adalah perhitungan dengan menggunakan adalah Formula Laursen (1960) dengan persentase kesalahan 20,02%. Sedangkan untuk abutment dinding vertikal dengan sayap, persentase kesalahan terkecil adalah sebesar 28,17%, hasil perbandingan dengan menggunakan Formula Froehlich (1989).