digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_AUDIA PARADISA
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Dewasa ini tantangan penyediaan air bersih semakin berat, terutama karena keterbatasan sumber air baku baik secara kuantitas maupun kualitas. Lemahnya pengendalian pencemaran dan konservasi sumber daya air dan lingkungan, serta rendahnya kesadaran masyarakat pada perlindungan sumber daya air menjadi penyebab dari masalah ini. Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai di DAS Citarum Hulu dengan panjang 28 km. Sungai Cikapundung Hulu kerap kali mengalami permasalahan erosi dan juga pembuangan limbah kotoran ternak. Aktivitas tersebut memberikan kontribusi terbesar terhadap proses sedimentasi yang mengakibatkan pendangkalan dasar sungai dan penurunan kualitas air. Kondisi ini tentu dapat mengganggu fungsi Sungai Cikapundung terutama sebagai penyedia air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung khususnya di intake Bantar Awi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak sedimentasi di Sungai Cikapundung Hulu terhadap kualitas air, dengan melakukan perbandingan terhadap standar baku mutu air. Hasil analisis ayakan pada sampel sedimen menunjukkan bahwa karakteristik sedimen yang dominan adalah pasir kasar dan pasir halus. Simulasi transportasi sedimen menggunakan HEC-RAS dengan persamaan Toffaletti dilakukan untuk memprediksi laju deposisi sedimen di Sungai Cikapundung Hulu selama 22 tahun, dari tahun 2000 hingga 2022. Dari simulasi didapatkan total sedimen yang masuk tercatat sebanyak 125.700 ton. Dari jumlah tersebut, 107.679 ton terendapkan di dasar sungai, sementara 18.021 ton lainnya terbawa ke segmen yang lebih hilir. Selain itu, hasil simulasi transpor sedimen juga memberikan data mengenai konsentrasi zat padat tersuspensi (TSS). Secara umum, konsentrasi TSS di Sungai Cikapundung telah memenuhi standar baku mutu kelas 1. Nilai konsentrasi sedimen dari hasil simulasi ini berasal dari dinamika alami yang terjadi di dalam sungai tanpa memperhitungkan adanya limbah buangan yang masuk ke sistem. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi TSS di Sungai Cikapundung lebih banyak disebabkan oleh pencemaran dari limbah peternakan. Semakin tinggi konsentrasi TSS maka semakin tinggi pula tingkat kekeruhannya. Akibatnya, semakin besar pula kebutuhan koagulan dalam proses pengolahan air.