Dewasa ini tantangan penyediaan air bersih semakin berat, terutama
karena keterbatasan sumber air baku baik secara kuantitas maupun kualitas.
Lemahnya pengendalian pencemaran dan konservasi sumber daya air dan
lingkungan, serta rendahnya kesadaran masyarakat pada perlindungan sumber daya
air menjadi penyebab dari masalah ini. Sungai Cikapundung merupakan salah satu
anak sungai di DAS Citarum Hulu dengan panjang 28 km. Sungai Cikapundung
Hulu kerap kali mengalami permasalahan erosi dan juga pembuangan limbah
kotoran ternak. Aktivitas tersebut memberikan kontribusi terbesar terhadap proses
sedimentasi yang mengakibatkan pendangkalan dasar sungai dan penurunan
kualitas air. Kondisi ini tentu dapat mengganggu fungsi Sungai Cikapundung
terutama sebagai penyedia air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Bandung khususnya di intake Bantar Awi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dampak sedimentasi di Sungai Cikapundung Hulu terhadap kualitas air,
dengan melakukan perbandingan terhadap standar baku mutu air. Hasil analisis
ayakan pada sampel sedimen menunjukkan bahwa karakteristik sedimen yang
dominan adalah pasir kasar dan pasir halus. Simulasi transportasi sedimen
menggunakan HEC-RAS dengan persamaan Toffaletti dilakukan untuk
memprediksi laju deposisi sedimen di Sungai Cikapundung Hulu selama 22 tahun,
dari tahun 2000 hingga 2022. Dari simulasi didapatkan total sedimen yang masuk
tercatat sebanyak 125.700 ton. Dari jumlah tersebut, 107.679 ton terendapkan di
dasar sungai, sementara 18.021 ton lainnya terbawa ke segmen yang lebih hilir.
Selain itu, hasil simulasi transpor sedimen juga memberikan data mengenai
konsentrasi zat padat tersuspensi (TSS). Secara umum, konsentrasi TSS di Sungai
Cikapundung telah memenuhi standar baku mutu kelas 1. Nilai konsentrasi sedimen
dari hasil simulasi ini berasal dari dinamika alami yang terjadi di dalam sungai
tanpa memperhitungkan adanya limbah buangan yang masuk ke sistem. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi TSS di Sungai Cikapundung
lebih banyak disebabkan oleh pencemaran dari limbah peternakan. Semakin tinggi
konsentrasi TSS maka semakin tinggi pula tingkat kekeruhannya. Akibatnya,
semakin besar pula kebutuhan koagulan dalam proses pengolahan air.