2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 1. Abstract
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 2. List of Contents
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 3. Chapter 1
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 4. Chapter 2
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 5. Chapter 3
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 6. Chapter 4
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 7. Chapter 5
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 8. Chapter 6
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 9. References
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa 2024 SK PP Meisya Enjelytha Patrycia Br S [19021272] - 10. Full Text
PUBLIC Open In Flip Book Abdul Aziz Ariarasa
Penelitian ini mengeksplorasi masalah manajemen piutang yang dihadapi oleh Bisnis X, sebuah usaha dagang milik keluarga di sektor agribisnis yang berbasis di Sumatera Utara. Investigasi mengungkapkan bahwa tidak adanya kebijakan kredit formal, praktik penagihan yang tidak konsisten dan informal, analisis kredit yang tidak memadai, dan pencatatan manual yang tidak memadai secara signifikan berkontribusi pada masalah manajemen piutang ini. Dalam menjalankan bisnisnya, pendiri menaruh kepercayaan tinggi pada pelanggan dan cenderung menerapkan pendekatan yang penuh belas kasih. Penerapan metode komunikasi informal pendiri dan ketiadaan kontrak tertulis akhirnya menyebabkan tekanan keuangan yang signifikan, karena pelanggan sering menunda atau gagal membayar, sementara pendiri terus memenuhi kewajiban kepada pemasok. Skenario ini telah mengakibatkan persentase piutang tak tertagih yang tinggi, mencapai 61% dari jumlah keseluruhan yang terhutang, dengan beberapa utang berpotensi tidak dapat dikumpulkan. Di balik penerapan kebijakan yang tidak efektif ini terdapat peran signifikan yang dimainkan oleh kepribadian pendiri, yang merupakan hasil interaksi kuat antara nilai-nilai, mentalitas, dan psikis. Kepribadian pendiri, dibentuk oleh nilai-nilai seperti empati, integritas, dan spiritualitas. Nilai-nilai ini, meskipun dapat memperkuat hubungan yang kuat, pada akhirnya menciptakan kerentanan keuangan karena kurangnya batasan tegas dan kebijakan yang jelas. Mentalitas optimis pendiri dan kepercayaan tinggi pada pelanggan menyebabkan pemberian kredit tanpa perjanjian formal, melemahkan posisi hukum mereka dan mengakibatkan tantangan keuangan. Setelah kecelakaan pendiri pada bulan Desember 2023, anggota keluarga lainnya mengambil alih bisnis, menerapkan strategi penagihan utang yang lebih terstruktur dan proaktif. Pendekatan mereka menghasilkan pemulihan satu per lima dari total piutang, menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan kondisi keuangan. Transisi ini menyoroti kontras antara pendekatan pendiri yang penuh empati namun lunak dan strategi anggota keluarga yang pragmatis dan berfokus pada bisnis. Analisis ini menekankan perlunya integrasi seimbang antara kepribadian dengan praktik bisnis yang efisien untuk memastikan stabilitas keuangan dan keberlanjutan jangka panjang. Penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin, yang menggabungkan perspektif ekonomi dan psikologis, untuk mengembangkan strategi manajemen piutang yang berkelanjutan. Perspektif ekonomi membantu dalam memahami dampak finansial dari kebijakan kredit dan strategi penagihan, sementara psikologi berkontribusi dengan mengeksplorasi pengaruh kepribadian dan nilai-nilai individu terhadap manajemen piutang. Integrasi perspektif ini memungkinkan pendekatan yang lebih holistik dan efektif dalam menciptakan strategi manajemen piutang yang berkelanjutan dan seimbang. Rekomendasi untuk Bisnis X mencakup pembagian peran yang lebih jelas, dengan pendiri berfokus pada penjualan dan hubungan pelanggan sementara anggota keluarga lainnya menangani manajemen keuangan. Untuk merancang kebijakan kredit yang tepat di masa depan, Bisnis X perlu mempertimbangkan aspek budaya Indonesia, yang lebih kompatibel dengan kebijakan yang fleksibel. Dalam hal ini, Bisnis X harus meyeimbangkan antara aspek sosial dan bisnis untuk memastikan keberlangsungan bisnis. Selain itu, menerapkan sistem komunitas atau daftar hitam untuk mengidentifikasi dan mengelola pelanggan yang bermasalah juga disarankan. Untuk penelitian di masa depan, studi ini menyarankan untuk mengeksplorasi dampak langsung kepribadian pada praktik manajemen piutang yang dapat digeneralisasikan. Dengan pendekatan yang lebih holistik dan efektif, Bisnis X dapat mengembangkan strategi manajemen piutang yang berkelanjutan, yang seimbang antara efisiensi keuangan dan hubungan pelanggan yang kuat.