Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang seperti Indonesia, dengan insidensi penyakit yang tinggi per 100 penduduk. Antibiotik digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi bakteri. Resistansi terhadap antimikroba (RAM) merupakan salah satu dari 10 ancaman kesehatan global pada tahun 2019. Diperkirakan pada tahun 2050, RAM menyebabkan kematian yang sangat tinggi, dengan satu orang meninggal setiap tiga detik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat Kota Bandung terkait penggunaan antibiotik dan resistansi terhadap antibiotik; mengidentifikasi hubungan antara karakteristik sosiodemografi dengan domain pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat; dan menentukan korelasi antara ketiga domain tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode observasional potong lintang (cross-sectional) dengan teknis purposive sampling. Penelitian dilakukan dari Desember 2023 hingga Mei 2024 dengan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat di 30 kecamatan Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas masyarakat Kota Bandung memiliki pengetahuan tidak memadai (55,77%, n=343), sikap negatif (66,67%, n=410), dan praktik positif (61,95%, n=381). Faktor sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, dan suku berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik (p-value < 0,05), kecuali praktik yang tidak dipengaruhi usia (p-value > 0,05). Koefisien korelasi (?) antara sikap dan pengetahuan adalah +0,649, antara praktik dan pengetahuan +0,527, dan antara praktik dan sikap +0,537, dengan p-value <0,001. Analisis ini menunjukan pengetahuan yang memadai menghasilkan sikap dan praktik yang positif. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kota Bandung memiliki pengetahuan yang kurang memadai dan sikap negatif meskipun praktik sudah positif, sehingga diperlukan upaya edukasi dan intervensi lain untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap secara keseluruhan.