Resistensi antibiotik merupakan permasalahan yang akan terus dihadapi dunia. Pada tahun 2019, kematian yang disebabkan oleh resistensi antibakteri mencapai jumlah 4,95 juta jiwa. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menghadapi permasalahan ini adalah melakukan penelitian dan pengembangan senyawa antibakteri baru. Jamur endofit Exophiala pisciphila adalah cendawan DSE yang mampu tumbuh dalam kondisi stress dan metabolit sekundernya diduga memiliki aktivitas antibakteri sehingga potensinya sebagai antibakteri dapat dikaji. Pertama, kultur cair E. pisciphila dipisahkan biomassa dan filtratnya dengan metode sentrifugasi. Biomassa yang didapatkan kemudian diekstraksi dengan metode maserasi dalam metanol dan filtrat diekstraksi dengan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut etil asetat. Melalui skrining aktivitas antibakteri metode difusi cakram, ekstrak etil asetat E. pisciphila diketahui memiliki diameter hambat sebesar 9,20 ± 0,4 mm terhadap bakteri Escherichia coli dan 9,65 ± 0,25 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Di antara semua fraksi, fraksi semipolar E. pisciphila diketahui memiliki aktivitas antibakteri terbaik melalui metode mikrodilusi dengan konsentrasi hambat minimum 1024 µg/mL terhadap E. coli dan S. aureus dan konsentrasi bunuh minimum 2048 µg/mL terhadap S. aureus. Senyawa yang terkandung dalam fraksi tersebut adalah senyawa golongan fenol dan steroid atau triterpenoid dengan aktivitas terbaik terhadap bakteri gram positif.