digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Meisya Paramita Nurhaliza
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pekerjaan struktur atas memiliki kompleksitas tinggi yang dapat memicu terjadinya masalah keterlambatan, pemborosan, dan ketidakefisienan alur kerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menerapkan Last Planner System (LPS) karena system ini menawarkan solusi dengan menciptakan workflow tanpa gangguan dan terprediksi, continous improvement, serta meningkatkan kinerja unit produksi. Sayangnya implementasi LPS di Indonesia masih terbatas dan pengaruh yang dirasakan dari penerapannya belum optimal. Oleh karena itu, penelitian deskriptif kualitatif dilakukan untuk mengetahui kebijakan implementasi LPS di tingkar perusahaan dan proyek, implementasi LPS per tahapan, dan pengaruh implementasi LPS pada pekerjaan struktur atas di Proyek Gedung 1 dan 2 ITB Innovation Park Bandung Teknopolis. Data didapatkan melalui wawancara, observasi, pengumpulan data sekunder, dan kuisioner. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa di tingkat perusahaan WIKA telah menerbitkan kebijakan untuk mewajibkan penerapan LPS pada semua proyeknya, sedangkan IIP sebagai proyek hanya mengimplementasikan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Kebijakan yang dibuat sudah sesuai dengan teori LPS, yaitu terdiri dari tahap master scheduling, phase scheduling, look-ahead plan, dan weekly work plan. Dalam implementasinya pada pekerjaan struktur atas IIP telah menerapkan setiap tahapan sesuai dengan kebijakan namun tidak dilakukan dengan berkesinambungan dan belum optimal. Pada proyek ini kolaborasi dilakukan hanya dengan mekibatkan internal kontraktor dan mandor sehingga tujuan pull planning yang harus melibatkan komitmen dari last planner belum tercapai. Selain itu, pada pekerjaan struktur atas tahapan constrain analysis, make-ready, dan shielding production sudah tidak rutin dilakukan. Meskipun demikian, dari penerapan tersebut telah dirasakan adanya pengaruh positif seperti peningkatan koordinasi dan komunikasi antar pekerja, memajukan pola pikir tim lapangan, membantu mengidentifikasi kendala dengan jelas, meminimalisir terjadinya kendala dan membantu mengantisipasi kendala agar selesai sebelum pekerjaan dilaksanakan, menghindari kecelakaan kerja, membantu mengurangi waste fisik dan non fisik, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kelancaran dan keandalan workflow, membentuk perencanaan yang lebih realistis, membantu ketercapaian target pekerjaan, mengupayakan kesesuaian jadwal pelaksanaan dengan milestone, serta mempercepat durasi pekerjaan. Pengaruh tersebut memang belum dirasakan secara signifikan mengingat implementasinya yang belum optimal. Prosedur yang lebih detail perlu dikembangkan untuk mendukung penerapan LPS yang lebih baik.