Pemborosan konstruksi telah menjadi masalah serius di banyak negara termasuk di Indonesia.
Berbagai laporan dan penelitian telah menyelidiki permasalahan pemborosan yang berdampak
negatif terhadap lingkungan, biaya, produktivitas, waktu, sosial dan ekonomi. Namun, tidak
mungkin untuk sepenuhnya menghilangkan seluruh jenis pemborosan bahkan dalam sistem efisien
yang pengoperasiannya bergantung pada pemborosan, semua pemborosan hanya dapat dikurangi
hingga tingkat minimum sampai optimal (Gopinath & Freiheit, 2012). Untuk mengurangi
pemborosan non-fisik secara efektif, penting untuk memiliki pemahaman tentang hubungan antar
jenis pemborosan tersebut. Hal ini karena pemborosan non-fisik bisa saling terkait dan satu jenis
pemborosan dapat memicu atau memperburuk jenis pemborosan lainnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antar jenis pemborosan non-fisik pada konstruksi, serta mencari
penyebab terjadinya jenis pemborosan non-fisik dengan fokus pada frekuensi tinggi, pengaruh
tinggi dan prioritas tinggi. Untuk setelah menganalisis bagaimana praktisi mencegah dan
menangani pemborosan tersebut. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar atau pedoman awal
pencegahan dan penanganan bagi kontraktor lain bila dihadapkan dengan pemborosan yang sama.
Data dikumpulkan melalui kuisioner dan focus group discussion (FGD) kepada empat kontraktor
BUMN di Indonesia yang telah menerapkan konstruksi ramping. Sembilan jenis pemborosan
dicari hubungannya yang terdiri dari defect, overproduction, waiting, non-utilized talent,
transportation, inventory, motion, extraprocessing, dan making do. Berdasarkan data dan analisis
yang dilakukan, setiap jenis pemborosan saling memengaruhi dengan bobot yang berbeda. Hasil
identifikasi pemborosan yang terjadi pada proyek konstruksi dilakukan dengan metode waste
assessmen model menghasilkan pengaruh defect sebesar 14.21%, overproduction sebesar 13.71%,
waiting sebesar 8.63%, transportation sebesar 9.14%, inventory sebesar 10.15%, motion sebesar
8.12%, extraprocessing 10.66%, non-utilized talent sebesar 12.18% dan making do 13.20%.
Pemborosan defect, overproduction dan making do memiliki pengaruh paling signifikan
mendorong pemborosan lainnya terjadi pada konstruksi. Penyebab terjadinya pemborosan dapat
dibedakan ke dalam empat kategori prinsip sumber daya yaitu sumber daya manusia, material,
peralatan, dan informasi. Penyebab utama defect pada proyek konstruksi yang merupakan prioritas
paling tinggi berasal dari kategori informasi, dan variabel paling banyak berasal dari kategori
manusia. Penyebab utama overproduction pada proyek konstruksi yang merupakan prioritas
paling tinggi berasal dari kategori informasi, dan variabel paling banyak berasal dari kategori
manusia. Penyebab utama making-do pada proyek konstruksi paling tinggi berasal dari kategori
manusia, dan variabel paling banyak berasal dari kategori material.