Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw) merupakan salah satu komoditas pertanian
yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Komoditas unggulan ini mempunyai
peluang pasar yang cukup luas baik dalam maupun luar negeri karena rasanya yang
manis serta kaya akan kandungan gizi. Namun, buah ini tergolong komoditas
hortikultura yang mudah rusak. Salah satu penyebab kerusakan buah adalah proses
transportasi darat dan penyimpanan jangka panjang. Resiko fisik berupa gesekan,
benturan dan tekanan selama transportasi merupakan penyebab terjadinya
kerusakan mekanis yang dapat memicu timbulnya kerusakan lain berupa kerusakan
kimiawi, fisik, dan mikrobiologis. Perbaikan pengemasan dapat meminimalkan
kerusakan produk hortikultura selama transportasi. Salah satu faktor penting dalam
perancangan kemasan adalah pola penyusunan produk dalam kemasan.
Pengaplikasian pola susun teratur digunakan untuk meminimalisir gesekan antar
buah selama proses transportasi karena strukturnya yang kompak serta memuat
kapasitas lebih banyak di dalam kemasan kardus. Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan pola susun yang paling efektif dalam mengurangi kerusakan selama
perjalanan dan memperpanjang daya simpan berdasarkan paramter mutu hedonik,
susut bobot (%), kerusakan (%), kekerasan (Kg/cm2), warna (L* dan °Hue), total
padatan terlarut (% brix), total asam tertitrasi (% asam), dan rasio gula dan asam.
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
dilanjut uji lanjut tukey pada taraf kepercayaan 95% untuk menentukan perlakuan
yang paling efektif dari variasi pola susun buah (bulk arrangement, face centred
cubic, body centred cubic, dan handle face cubic di dalam kemasan kardus.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa perlakuan yang memiliki
kecenderungan paling efektif dalam mempertahankan mutu buah salak selama
transportasi darat adalah pola susun BA (bulk arrangement) berdasarkan nilai mutu
hedonik warna, aroma, dan kenampakan yang cenderung lebih tinggi (?3),
persentase kerusakan paling rendah (16,17%), dan nilai total padatan terlarut yang
lebih stabil (13,32% brix-15,36%brix).