digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Khayla Indiva Pratanto [17020003]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

“Mengalami Disharmoni” adalah seri Drawing yang terdiri dari enam karya. Karya ini menghadirkan kembali kesadaran dari perjalanan, yaitu kontradiksi antara lingkungan manusia dan alam, pemahaman bahwa manusia adalah objek yang diatur oleh alam sebagai subjek, dan perbedaan persepsi mengenai keteraturan dan ketidakteraturan yang menyebabkan disharmoni dalam relasi manusia dengan alam. Seni sebagai representasi, Romantisisme, serta Apollonian dan Dystopian dalam seni adalah teori-teori yang mendasarkan kekaryaan ini. Gagasan pada kekaryaan ini juga didasari oleh teori dari Gregory Bateson dan buku “The Language of Symmetry”. Selanjutnya, Caspar David Friedrich dan Peter Doig menjadi kaji banding seniman dari segi visual dan proses kekaryaan. Figur yang nampak pada karya berperan sebagai pembanding proporsi lanskap yang membangun jarak dan persepsi asing dan disharmoni. Kekaryaan Drawing ini dibuat menggunakan soft pastel, hard pastel, dan charcoal sebagai dasar warna gelap. Ketika menggambar di atas kertas, saya menggunakan teknik garis-garis bertumpuk tanpa digosok dengan jari atau tangan. Teknik dan medium ini merupakan representasi yang paling cocok dalam menggambarkan limitasi saya sebagai manusia saat mendaki gunung langkah demi langkah secara perlahan. Penggunaan kertas menjadi sesuatu yang tidak familiar bagi apresiator, sehingga terdapat suatu jarak dari persepsi medium. Masing-masing karya merupakan gambaran dari pengalaman yang berbeda-beda, namun memori tersebut membentuk sebuah kontemplasi dan kesadaran yang dapat ditarik benang merahnya. Secara keseluruhan, pengalaman selama perjalanan-perjalanan tersebut menjadi katalisator akan kesadaran diri dan posisi saya di lingkup alam yang makro. Pada akhirnya karya ini menumbuhkan sebuah kesadaran bahwa saya harus mengikuti bagaimana alam berkehendak dan mengatur hukumnya sendiri. Ketidakberdayaan ini menjadi proses saya belajar dan menurunkan ego sebagai manusia.