digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian disertasi ini berisi tentang kajian identitas perempuan Jawa dalam tutur rupa Damar Kurung karya Masmundari sebagai wacana kritis. Damar Kurung adalah kesenian rakyat asal Gresik berupa kerajinan lentera berbentuk kubus terbuat dari kerangka bambu yang setiap sisinya dilapisi dengan kertas minyak. Pada permukaan kertas minyak itu dihiasi aneka kosarupa yang menuturkan tradisi bahari masyarakat pesisir utara Jawa Timur. Masmundari adalah perupa perempuan yang menghabiskan masa tuanya dengan membuat Damar Kurung. Sebagai salah satu warisan budaya takbenda Nasional, Damar Kurung menarik untuk dikaji karena kesenian tradisi ini muncul dan tumbuh sebagai bagian yang tak terpisahkan dari budaya masyarakat pesisir utara Jawa. Penyelidikan terhadap aspek-aspek takbenda Damar Kurung berarti penting, karena mengungkap budaya tutur dan praktik-praktik budaya yang melatarbelakanginya. Damar Kurung menjadi kesenian rakyat yang bertutur tentang dinamika kehidupan masyarakat pesisir, mulai dari kisah mitologi sampai dengan pengalaman hidup keseharian. Dengan mencermati tutur rupa Damar Kurung, masyarakat bisa mendapatkan penguatan atas warisan tradisinya, yang selanjutnya dapat menjadi rujukan bagi akar identitas sebagai orang Jawa. Oleh karena itu, penelitian disertasi ini penting dikaji karena erat kaitannya dengan upaya membangun dan menegosiasi identitas agar menjadi wong Jawa sing ora ilang Jawane. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memahami proses kreatif dan pola tutur rupa Damar Kurung karya Masmundari dalam mengkonstruksi identitas, peran dan kedudukan perempuan Jawa. Serta merumuskan konsep relasi gender dan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki sekaligus mengungkap posisi Masmundari di antara ideologi yang dominan. Damar Kurung memiliki banyak sisi yang mencerminkan sistem sosial masyarakat pesisir utara Jawa yang kompleks dan dinamis, untuk itu diperlukan analisis yang melibatkan praktik-praktik budaya, teks, dan interpretasi yang erat kaitannya dengan konteks sosial, sejarah, dan politik, dengan penekanan pada pemahaman interaksi sosial, ideologi, kekuasaan dan cara-cara di mana budaya berkontribusi pada konstruksi makna dan identitas perempuan Jawa melalui tuturan nasihat. Maka untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian tersebut, digunakan metode penelitian interdisipliner. Metode ini memungkinkan untuk mengungkap lapisan demi lapisan dari pengalaman perempuan yang diartikulasikan tutur rupa Damar Kurung, berlandaskan kerangka teoretis interseksionalitas Pierre Bourdieu, Bahasa Rupa Primadi Tabrani, Performativitas Judith Butler, dan Hegemoni Ideologi Antonio Gramsci. Sebagai strateginya, diterapkan perpaduan yang simultan antara etnografi dan Critical Discourse Analysis (CDA). Dengan menggunakan metode dan kerangka teoretis tersebut, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan menarik yang berguna untuk mengisi kesenjangan penelitian terdahulu yang belum banyak memetakan persinggungan budaya masyarakat pesisir utara Jawa dan gender melalui medium seni tradisi rakyat, yaitu sebagai berikut. Pertama, penelitian ini menemukan frasa yang tepat untuk menjelaskan corak ekspresi visual, hasil praktik artistik dan imajinasi Masmundari yang mengacu pada aspek penceritaan melalui perpaduan berbagai kosarupa untuk mengkomunikasikan cerita, tradisi, mitos, ajaran agama, maupun peristiwa bersejarah, yaitu ‘Tutur Rupa’. Kedua, melalui Tutur Rupa Damar Kurung Masmundari mengisahkan bagaimana perempuan Jawa membangun identitas sebagai istri dan ibu yang peranannya sentral dalam keluarga, masyarakat dan Tuhan. Ketiga, kekuatan dan kekuasaan perempuan Jawa bisa hadir melalui ketidakberdayaan, ketertindasan dan ketidaksimetrisan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dan keempat, perempuan Jawa menggugat ideologi Ibuisme Negara dengan memanfaatkan peran dan kedudukannya yang sentral di wilayah domestik dan sifat-sifat femininnya. Penelitian disertasi ini memberi kontribusi ilmiah yang signifikan tentang identitas perempuan dalam konteks pesisir utara Jawa melalui medium kesenian rakyat tradisional. Temuan dan kebaruan ilmiah dalam penelitian ini mengisi kesenjangan pustaka ilmiah, manakala penelitian- penelitian seni rupa dan wacana gender sebelumnya lebih populer menggali identitas perempuan Jawa dalam konteks masyarakat Jawa pedalaman yang dekat dengan budaya keraton, melalui objek-objek ‘seni tinggi’ yang dibuat oleh seniman atau pengrajin berpengalaman. Dengan menelusuri sejarah, praktik artistik dan makna-makna tutur rupa Damar Kurung dapat diperoleh pemahaman tentang kompleksitas perempuan Jawa dalam membangun dan menegosiasi identitasnya di tengah masyarakat yang patriarki dan rezim Orde Baru yang otoriter.