Penelitian disertasi ini berisi tentang kajian identitas perempuan Jawa dalam tutur
rupa Damar Kurung karya Masmundari sebagai wacana kritis. Damar Kurung
adalah kesenian rakyat asal Gresik berupa kerajinan lentera berbentuk kubus terbuat
dari kerangka bambu yang setiap sisinya dilapisi dengan kertas minyak. Pada
permukaan kertas minyak itu dihiasi aneka kosarupa yang menuturkan tradisi
bahari masyarakat pesisir utara Jawa Timur. Masmundari adalah perupa perempuan
yang menghabiskan masa tuanya dengan membuat Damar Kurung. Sebagai salah
satu warisan budaya takbenda Nasional, Damar Kurung menarik untuk dikaji
karena kesenian tradisi ini muncul dan tumbuh sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari budaya masyarakat pesisir utara Jawa. Penyelidikan terhadap aspek-aspek
takbenda Damar Kurung berarti penting, karena mengungkap budaya tutur dan
praktik-praktik budaya yang melatarbelakanginya. Damar Kurung menjadi
kesenian rakyat yang bertutur tentang dinamika kehidupan masyarakat pesisir,
mulai dari kisah mitologi sampai dengan pengalaman hidup keseharian. Dengan
mencermati tutur rupa Damar Kurung, masyarakat bisa mendapatkan penguatan
atas warisan tradisinya, yang selanjutnya dapat menjadi rujukan bagi akar identitas
sebagai orang Jawa. Oleh karena itu, penelitian disertasi ini penting dikaji karena
erat kaitannya dengan upaya membangun dan menegosiasi identitas agar menjadi
wong Jawa sing ora ilang Jawane. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk memahami proses kreatif dan pola tutur rupa Damar Kurung karya
Masmundari dalam mengkonstruksi identitas, peran dan kedudukan perempuan
Jawa. Serta merumuskan konsep relasi gender dan kekuasaan antara perempuan dan
laki-laki sekaligus mengungkap posisi Masmundari di antara ideologi yang
dominan. Damar Kurung memiliki banyak sisi yang mencerminkan sistem sosial
masyarakat pesisir utara Jawa yang kompleks dan dinamis, untuk itu diperlukan
analisis yang melibatkan praktik-praktik budaya, teks, dan interpretasi yang erat
kaitannya dengan konteks sosial, sejarah, dan politik, dengan penekanan pada
pemahaman interaksi sosial, ideologi, kekuasaan dan cara-cara di mana budaya
berkontribusi pada konstruksi makna dan identitas perempuan Jawa melalui tuturan
nasihat. Maka untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian tersebut,
digunakan metode penelitian interdisipliner. Metode ini memungkinkan untuk
mengungkap lapisan demi lapisan dari pengalaman perempuan yang diartikulasikan
tutur rupa Damar Kurung, berlandaskan kerangka teoretis interseksionalitas Pierre
Bourdieu, Bahasa Rupa Primadi Tabrani, Performativitas Judith Butler, dan
Hegemoni Ideologi Antonio Gramsci. Sebagai strateginya, diterapkan perpaduan
yang simultan antara etnografi dan Critical Discourse Analysis (CDA). Dengan
menggunakan metode dan kerangka teoretis tersebut, penelitian ini menghasilkan
beberapa temuan menarik yang berguna untuk mengisi kesenjangan penelitian
terdahulu yang belum banyak memetakan persinggungan budaya masyarakat
pesisir utara Jawa dan gender melalui medium seni tradisi rakyat, yaitu sebagai
berikut. Pertama, penelitian ini menemukan frasa yang tepat untuk menjelaskan
corak ekspresi visual, hasil praktik artistik dan imajinasi Masmundari yang
mengacu pada aspek penceritaan melalui perpaduan berbagai kosarupa untuk
mengkomunikasikan cerita, tradisi, mitos, ajaran agama, maupun peristiwa
bersejarah, yaitu ‘Tutur Rupa’. Kedua, melalui Tutur Rupa Damar Kurung
Masmundari mengisahkan bagaimana perempuan Jawa membangun identitas
sebagai istri dan ibu yang peranannya sentral dalam keluarga, masyarakat dan
Tuhan. Ketiga, kekuatan dan kekuasaan perempuan Jawa bisa hadir melalui
ketidakberdayaan, ketertindasan dan ketidaksimetrisan hubungan antara laki-laki
dan perempuan. Dan keempat, perempuan Jawa menggugat ideologi Ibuisme
Negara dengan memanfaatkan peran dan kedudukannya yang sentral di wilayah
domestik dan sifat-sifat femininnya. Penelitian disertasi ini memberi kontribusi
ilmiah yang signifikan tentang identitas perempuan dalam konteks pesisir utara
Jawa melalui medium kesenian rakyat tradisional. Temuan dan kebaruan ilmiah
dalam penelitian ini mengisi kesenjangan pustaka ilmiah, manakala penelitian-
penelitian seni rupa dan wacana gender sebelumnya lebih populer menggali
identitas perempuan Jawa dalam konteks masyarakat Jawa pedalaman yang dekat
dengan budaya keraton, melalui objek-objek ‘seni tinggi’ yang dibuat oleh seniman
atau pengrajin berpengalaman. Dengan menelusuri sejarah, praktik artistik dan
makna-makna tutur rupa Damar Kurung dapat diperoleh pemahaman tentang
kompleksitas perempuan Jawa dalam membangun dan menegosiasi identitasnya di
tengah masyarakat yang patriarki dan rezim Orde Baru yang otoriter.